Saturday, October 10, 2020

Pengaruh Kerajaan-Kerajaan Maritim pada Masa Islam


1.    Pemerintahan

Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, agama Hindu-Buddha telah memengaruhi sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Seiring berkembangnya Islam, kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha mengalami kemunduran sehingga perananannya digantikan oleh kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Raja memiliki peran penting dalam peroses penyebaran agama Islam di Indonesia. Ketika seorang raja menyatakan diri sebagai penganut agama Islam, masyarakat akan mengikuti rajanya sehingga agama Islam dapat berkembang lebih mudah.

Pada masa kerajaan Islam, istilah-istilah Arab mulai digunakan dalam pemerintahan. Misalnya, penyebutan kerajaan berubah menjadi kesultanaan atau kesunanan, begitu pula gelar raja berganti menjadi sultan atau sunan. Sultan dan sunan tidak hanya berperan sebagai kepala pemerintahan, tetapi juga merangkap sebagai pemimpin agama. Sultan dianggap sebagai wakil Tuhan (Khalifatullah) di dunia. Dalam menjalankan pemerintahannya, sultan dibantu oleh pejabat kerajaan. Setiap kerajaan memiliki perbedaan dalam menyebut pejabatnya. Sebutan jabatan kerajaan Islam seperti menteri, perdana menteri, panglima, laksamana, dan syahbandar masih digunakan hingga saat ini.

Dalam menjalankan pemerintahannya, sultan juga dibantu lembaga penasehat yang dikenal dengan majelis ulama. Sebagai contoh Wali Sanga merupakan majelis ulama yang membantu pemerintahan kerajaan Demak. Pada saat ini Indonesia memiliki majelis ulama yang disebut Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Beberapa kerajaan Islam mampu bertahan hingga kedatangan bangsa Barat di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka dan menjadi negara republik, kepala pemerintahan di jabat oleh seorang presiden. Kerajaan-kerajaan yang masih bertahan, seperti Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta bergabung dengan pemerintah Republik Indonesia. Pada masa kini fungsi kerajaan tersebut tidak bersifat politis. Akan tetapi, lebih sebagai etnititas budaya yang keberadaannya dilindungi secara hukum.

Pada masa kerajaan Islam system hukum dan pemerintahan didasarkan pada Alquran dan As-Sunnah. Hukum ini bersifat tegas dan mengikat untuk memberikan kepastian dan keadilan bagi semua golongan. System hukum tersebut masih berpengaruh hingga kini, khususnya di Provinsi Aceh.

2.    Ekonomi

Pengaruh kerajaan Islam di Indonesia tidak hanya terbatas dalam bidang pemerintahan, tetapi juga dalam bidang ekonomi. Beberapa kerajaan Islam yang terletak di wilayah pesisir terdorong untuk menerapkan system ekonomi maritime yang bertumpu pada sector perdagangan dan pelayaran. Pelabuhan merupakan unsur penting bagi kerajaan maritime. Oleh karena itu, beberapa kerajaan melakukan perbaikan infrastruktur di pelabuhan untuk menunjang kegiatan perdagangan. Beberapa kegiatan ekonomi pada masa kerajaan Islam ternyata masih berpengaruh hingga kini. Pengaruh tersebut tampak pada bidang-bidang berikut:

a.    Pajak dan Bea Cukai

Pada umumnya raja-raja pesisir menarik keuntungan ekonomi dari pajak perdagangan dan pelayaran di bandar-bandarnya. Semakin banyak kapal dan saudagar yang mengunjungi bandar, keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Adanya system pajak ini terus berlanjut dan berpengaruh pada masa colonial, bahkan hingga masa kini. Pajak dan bea cukai dapat menambah penghasilan kerajaan pada masa itu dan negara pada masa kini.

b.    Saham

Raja-raja di daerah pesisir pada masa Islam telah mengenal saham seperti yang diterapkan pengusaha-pengusaha pada saat ini. Dalam perdagangan laut, raja-raja tersebut tidak memiliki kapal. Akan tetapi, mereka mempunyai saham dalam kapal. Untuk membuat kapal besar dan mengisi kapal dengan barang dagangan tertentu diperlukan modal yang tidak sedikit. Oleh karena itu, raja dan pembesar menginvestasikan sebagian hartanya bagi kegiatan perdagangan dan pelayaran

Dalam kegiatan perdagangan raja berperan sebagai pemilik modal, sedangkan kegiatan perdagangan dijalankan oleh para saudagar. Selanjutnya, para saudagar berdagang atas nama sultan. Hubungan dagang antara raja atau pemilik modal dan saudagar disebut sebagai system perdagangan partnership atau commenda. Perdagangan commenda dapat diartikan sebagai penyerahan barang dagangan kepada orang lain untuk diperdagangkan. Perdagangan commenda juga dilakukan untuk memberikan modal bagi para pedagang. System commenda diibaratkan seperti tuan tanah yang menyewakan sawahnya kepada petani atas dasar bagi hasil.

c.    Ekspor dan impor

Kegiatan ekspor impor yang dilakuka Indonesia pada saat ini ternyata telahdilakukan sejak kerajaan Islam. Sebagai contoh, komoditas utama kerajaan Islam di daerah Kepulauan Maluku adalah rempah-rempah, terutama cengkeh. Selanjutnya, cengkeh dijual kepada para pedangan asing (ekspor). Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan, kerajaan-kerajaan ini mendatangkan dari kerajaan lain (impor).

3.    Sosial

Islam di Indonesia memiliki ekspresi sosial-budaya yang relatif berbeda jika dibandingkan dengan Islam di tempat lain, seperti Timur-Tengah, Afrika, dan Asia selatan. Perbedaan tersebut disebabkan Islam di Indonesia merupakan hasil percampuran Islam dengan tradisi sosial-budaya- lokal diberbagai daerah di Indonesia. Pada perkembngannya, kondisi tersebut memengaruhi kehidupan sosial masyarakat di Indonesia.

a.    Status Sosial

Agama Islam mudah diterima masyarakat Indonesia. Salah satu factor penyebabnya karena ajaran Islam tidak mengenal system kasta. Akan tetapi, pengaruh akulturasi antara ajaran Islam dan budaya Jawa memunculkan perbedaan status social antara penganut Islam itu sendiri. Menurut Clifford Gertz, masyarakat Jawa dikategorikan dalam tiga golongan, yaitu santri, abangan dan priayi. Kelompok santri merupakan kelompok orang muslim yang mengamalkan ajaran agama sesuai dengan syariat Islam.

Kelompok abangan merupakan golongan muslim yang mempraktikkan ajaran Islam yang masih bercampur denga kepercayaan lokal. Adapun priyayi merupakan istilah bagi orang yang memiliki status social ebih tinggi dari rakyat biasa. Priyayi biasanya memiliki hubungan genealogi dengan raja-raja pada masa kerajaan Islam.

b.    Tata Kota

Pada zaman perkembangan Islam di Indonesia kerajaan-kerajaan seperti Samudera Pasai, Perlak, Aceh, Demak, Banten, Ternate-Tidore dan Gowa-Tallo dapat dikatakan sebagai kota. Kota-kota tersebut berfungsi sebagai kota pusat kerajaan, kota kadipatenm atau kota pelabuhan. Secara geografis, kota-kota tersebut terletak di pesisir dan di muara sungai besar sehingga disebut sebagai kota pusat kerajaan bercorak maritime. Masyarakat kota pusat kerajaan maritime menitikberatkan kegiatan perekonomian pada perdagangan. Berdasarkan segi tata kota, sebagian besar kota kerajaan Islam berfungsi sebagai tempat peribadatan (masjid), pasar, tempat tinggal penguasa (keraton), serta perkampungan penduduk. Perkampungan penduduk terbagi berdasarkan status social, ekonomi, agama, dan kekuasaan dalam pemerintahan. Sementara itu, perkampungan pedagang asing ditentukan oleh penguasa kota. Saat ini tata kota pada masa Islam masih dapat ditemukan terutama di Jawa.

Tata Kota Kerajaan Mataram Islam
Sumber: digilib. mercubuana.ac.id

4.    Budaya

Masuknya Islam di Indonesia tidak terlepas dari peran budaya masyarakat local. Para penyebar Islam memanfaatkan budaya local seperti Bahasa, aksara, system kalender, dan upacara adat sebagai media islamisasi. Berkat sikap proaktif para penyebar Islam, agama Islam dalam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia.

a.    Bahasa dan Aksara

Perkembangan agama Islam di Indonesia berpengaruh terhadap bidang aksara dan tulisan. Pada masa ini masyarakat Indonesia mulai mengenal aksara Arab. Nahkan, Bahasa Melayu dan Jawa sering ditulis menggunakan aksara (huruf) Arab tanpa harakat (tanda baca) yang disebut pegon. Huruf Arab juga dikembangkan sebagai karya seni yang disebut kaligrafi. Saat ini kaligrafi digunakan sebagai hiasan atau ukiran di masjid atau rumah.

Beberapa kosakata bahasa Indonesia mengambil dan menyerap kata-kata dari bahasa Arab, misalnya kata perlu, musyawarah, dan ikhlas. Selain itu, tidak sedikit nama-nama orang Indonesia berasal dari bahasa Arab atau mengambil nama tokoh besar Islam seperti Muhammad, Fatimah, Umar, dan Zahrah.

b.    Sistem Kalender

Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesua, masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78 Masehi. Dalam kalender Saka ditemukan nama-nama hari pasaran seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Setelah berkembangnya Islam di Indonesia, Sultan Agung dari kerajaan Mataram Islam menciptakan kalender Jawa dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Suktan Agung juga melakukan perubahan nama-nama bulan, seperti Muharam diganti drngan Suro dan Ramadhan diganti dengan Pasa. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai dari tanggal 1 Suro 1555 Jawa atau bertepatan dengan 1 Muharam 1053 HijriahTau 8 Agustus 1633 Masehi. Sistem kalender tersebut masih digunakan hingga kini. Nama-nama bulan menurut kalender Islam dan Jawa adalah sebagai berikut:

No

Nama Bulan Islam

Nama Bulan Jawa

1

Muharam

Suro

2

Safar

Sapar

3

Rabiul Awal

Mulud

4

Rabiul Akhir

Bakda Mulud

5

Jumadil Awal

Jumadil Awal

6

Jumadil Akhir

Jumadil Akhir

7

Rajab

Rejeb

8

Sya’ban

Ruwah

9

Ramadhan

Pasa

10

Syawal

Sawal

11

Zulkaidah

Dulkaidah

12

Zulhijah

Besar

c.    Upacara Adat

Indonesia adalah negara yang kaya budaya, tradisi dan adat istiadat. Oleh karena iru, para penyebar agama Islam memasukkan ajaran Islam dalam tradisi dan adat istiadat masyarakat setempat agar mudah diterima. Percampuran antara ajaran Islam dan adat istiadat tersebut terys berlangsung higga kini dan berpengaruh terhadap budaya Indonesia. Beberapa pengaruh Islam dalam upacara adat masyarakat lokal di indonesia sebagai berikut:

1)    Selamatan

Upacara selamatan biasanya dilakukan untuk mendoakan arwah orang yang telah meninggal. Upacara selamatan biasanya disebut ruwahan, kenduri, tahlilan, atau yasinan. Upacara selamatan diadakan mulai hari prrtama hinggga hsri ke tujuh, dilanjutkan hari ke 40, ke-100 dan seterusnya. Sebelum ajaran Islam masuk, upacara selamatan merulakan ajaran Hindu. Penyebar Islam menggunakan acara selamatan ini sebagai media islamisasi masyarakat Indonesia. Dalam upacara selamatan terdapat bacaan wirid dan doa serta pembacaan Surah Yasin bagi yang telah meninggal.

2)    Ngarak Maju

Dalam perkawinan adat masyarakat Lampung Pesisir dikenal istilah upacara ngaraj maju. Ngarak menurut istilah adalah arak-arakan, sedangkan maju adalah pengantin. Jadi, upacara ngarak maju adalah adat arak-arakan pengantin Lampung yang dilakukan di tempat pihak pengantin pria sebagai tanda bahwa si pria telah resmi menikahi si wanita. Penggunaan alat musik rebana serta lantunan ayat selawat dan syair Arab yang dikenal dengan istilah zikir lama dan zikir baru menunjukkan pengaruh Islam pada upara ngarak maju.

3)    Grebeg

Grebeg merupakan tradisi untuk mengiring para raja atau pembesar kerajaan. Saat ini grebeg masih dijalankan di beberapa daerah, khususnya daerah-daerah Jawa. Keraton Yogyakarta dan Surakarta menyelenggarakan upacara grebeg tiga kali dalam setahun. Ketiga upacara grebeg tersebut sebagai berikut:

       Grebeg Pasa diadakan pada tanggal 1 Syawal atau saat hari raya Idul Fitri.

       Grebeg Besar diadakan pada tanggal 10 Zulhidjah untuk merayakan hari raya kurban.

       Grebeg Maulud diadakan pada setiap bulan Rabiul Awal tahun Hijriah. Maksud acara tersebut mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW

4)    Sekaten

Berasal dari kata syahadatain atau dua kaliamt syahadat. Sekaten meruoakan uoacara peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diadakan setiap 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Upacara ini diadakan oleh Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Pada awalnta upacara ini diadakan Sultan Hamengkubuwono I untuk mengundang masyarakat agar memeluk Islam.

5)    Tradisi baayun maulid

Tradisi baayun maulid berasal dari daerah Banjar, Kalimantan Selatan. Tradisi ini awalnya dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal bertepatan dengan Maulid Nabi. Baayun berasal dari kata "ayun" yang diartikan "proses ayunan". Pada saat ini acara tradisi baayun dilakukan dengan cara menidurkan baty dalam ayunan sambil membaca selawat pada saat maulid nabi. Tujuan agar sang anak menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dsn meneladan nabi Muhammad SAW.

 

5.    Pendidikan

Pengaruh Islam dalam bidang pendidikan ditandai dengan munculnya berbagai lembaga pengajian. Lembaga ini memiliki jenjang bertingkat dari tingkat dasar berupa pengajian dirumah guru, langgar, dan mesjid hingga tingkat tinggi berupa pesantren.

a.    Lembaga pengajian

Merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar pada masa Islam. Pada lembaga tingkat dasar, pendidikan Islam mulai diberikan kepada anak-anak berusia lima tahun. Mereka mendapatkan pelajaran menghafal surah pendek dari Juz 30. Anak-anak berusia 7-8 yahun mulai diajarkan membaca huruf Arab dan secara bertahap diajarkan membaca Alquran dengan benar.

Metode pembelajaran pada lembaga pengajian dilakukan secara individual. Seorang murdi mendatangi gurunya yang akan membacakan beberapa baris Alquran dan murid mengulanginya. Adapun untuk pembelajaran kitab-kitab, gurucakan membacakan beberapa baris dan menerjemahkan dalam bahasa lokal.

b.    Pesantren

Sejak abad XV Masehi pesantren telah digunakan sebagai lembaga pengajaran dan penyiarsn agama Islam. Pesantren memegang peranan penting dalam penyebaran Ilsam hingga kr pelosok daerah. Beberapa pesantren yang memiliki pengaruh besar pada masa Islam antara lain Pesantren Ampel Denta di Surabaya dan Pesantren Giri Kedaton di Gresik.

Pada saat ini, masyarakat mengelompokkan pesantren menjadi 3 kelompok yaitu pesantren kecil, pesantren menengah dan pesantren besar seperti Pesantren Gontor. Pada masa Islam, materi-materi yang diajarkan dipesantren antaralaim ilmu tafsir, bahasa Arab, fikih (hukum Islam), hadist, tauhud, tarikh (sejarah islam), tasawuf, serta akhlak. Metode yang digunakan adalah metode sorongsn dan bandongan. Pesantren pada masa kini menerapkan sistem kelas seperti sekolah umum. Perubahan juga terjadi pada matapelajaran yang diajarkan yang ditambahkan dengan pelajaran umum. Sistem pendidikan pesantren melahirkan tokoh-tokoh besar yang berperan penting bagi perkembngan intelektual Islam pada masa kini.

6.    Kesenian

Bebeeapa kesenian pada masa kerajaan Islam dan masih berpengaruh hingga kini sebagai berikut:

a)    Seni pertunjukan

Seni pertunjukan telah berkembang sejak masa kerajaan Hindu Buddha. Selanjutnya pada masa kerajaan Islam kesenian dikembangkan sebagai sarana untu kberdakwah

1)    Wayang. Pada masa Islam para ulama mengubaj cerita Ramayana dan Mahabarata menjadi cerita-cerita Islam. Sunan Kalijaga adalah salah saru tokoh yang berinisiatif menjadikan wayang dan memasukkan ajaran Islam dalam cerita-cerita wayang. Sunan Kalijaga tidak pernah meminta upah kepada para penonton. Ia hanya meminta para penonton untuk mengucapkan kalimat syahadat.

2)    Tari Seudati. Tarian ini mulai dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Pendakwah Islam memanfaatkan tarian ini untuk media dakwah. Pada mulanya tari Seudati diketahui sebagai tarian pesisir yang disebut ratoh atau ratoih yang berarti menceritakan. Tarian Seudati merupakan tariancdari Aceh yang dibawakan oleh delapan orang lakic-laki sebagai penari utama dan dua orang penyanyi sebagai pengiring tari. Penyanyi melantunkan syair tentajg salawat nabi.

3)    Tari Zapin. Pada awalnya tarian ini fimainkan oleh laki-laki Arab dan Persia. Pada XV tarian ini diperkenalkan di daerah Melayu bersamaan dengan proses penyebaran agama Islam yang dibawa pedagang Arab. Pada saat ini tari Zapin biasa dipentaskan pada acara khitanan, pernikahan, dan peringatan hari besar Islam.

4)    Permainan Debus merupakan bela diri dari Banten yang mempertunjukkan kemampuan kebal senjata tajam. Permaiann debus diawali dengan zikir serta puji-pujiann kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad saw. Kesenian debus diawali pada masa pemerintajan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Pada zaman Suktan Ageng Tirtayasa debus menjadi pemompa semangat juang rakyat Banten dalam melawsn penjajah Belanda.

5)      Hadrah. Hadrah adalah salah satu jenis pertunjukan yang memainkan alat musik rebana. Lagu-lagu yang dibawakan bernuansa islami seperti puji-pujian kepada Tuhan, sanjungan kepada Nabi Muhammad saw, nasihat dan bersejarah kenabian.

 

b)    Seni Sastra

Pada abad XIV dan XV apresiasi dan minat kaum terpelajar muslim Melayu terhadap kesastraan Arab dan Persia cukup tinggi. Hal ini disebabkan banyak ulama dan cendikiawan Timur Tengah yang menetap di Samudera Pasai. Selanjutnya, kaum terpelajar melayu melahirkan karya sastra dalam bahasa Melayu. Bahasa Melayu saat itu menjadi bahasa pergaulan utama dalam bidang perdagangan dan intelektual. Salah satu karya sastra Melayu Islam adalah Hikayat Raja-Raja Pasai. Kitab ini ditulis setelah kesuktanan Samudera Pasai ditaklukkan Kerajaan Majapahit pada tahun 1365.

Selain itu, karya sastra juga berkembang du Kerajaan Mataram Islam. Terbukti dengan adanya kitan Sastra Gending karya Sultan Agung. Sastra Gending merupakan kitab dilsafat. Kary sastra pada masa Islam memberikan pengaruh penting sebagai media penyebaran gagasan keagamaan dan gagasan intelektual serta keilmun hinggq kini.

c)    Seni arsitektur. Seni arsitektur bangunan islam di indonesia sangat unik dan mengalami akulturasi. Beberapa banguban peninggalan periode Islam di Indonesia sebagai berikut:

1)    Masjid.

2)    Makam. Dalam ajaran Islam seroang muslim yang meninggal harus dimakamkan dalam tanah dwngan mdnghadap ke arah kiblat. Akibat pengaruh kepercayaan sebelumnya, banyak makam muslim di Indonesia yang dibangun secara megah. Makam para pembesar atau ulama terkenal seperti wali dan sunan biasanya dobangun di atas bukit dengan ciri:

       Makam terbuat dsri bangunan batu yang disebut jirat atau kijing

       Diatas jirat biasanta didirikan rumah tersendiri yang disebut cungkup atau kubah

       Dilengkapi tembok dan gapura yang menghubungkan antara makam dan kelompok makam.

       Di dekat makam biasanya dibangun masjid

 


Ciri makam tersebut terlihat pada komolek makam raja-raja Mataram di Imogiri, makam Sunan Muria dan makam Sendang Duwur di Lamongan.

                   

3)    Keraton. Keraton perperan sebagai pusat pemerintahan sehinhga dipandang sebagai lambang pusat kekuasaan raja. Keraton bercorak Islam biasanya dibangun menghadap ke utara. Disekeliling keraton dibangun parit dan dinding yang verfungsi sebagai pagar keamanan dan pertahanan. Di depan dan brlakanh keraton terdapat alun-alun.

Keberadaan keraton memiliki pengaruh penting bagi masyarakat saat ini.

No comments:

Post a Comment