1.
Pemerintahan
Sebelum agama Islam masuk
ke Indonesia, agama Hindu-Buddha telah memengaruhi sistem pemerintahan
kerajaan-kerajaan di Indonesia. Seiring berkembangnya Islam, kerajaan-kerajaan
bercorak Hindu-Buddha mengalami kemunduran sehingga perananannya digantikan
oleh kerajaan-kerajaan bercorak Islam. Raja memiliki peran penting dalam
peroses penyebaran agama Islam di Indonesia. Ketika seorang raja menyatakan
diri sebagai penganut agama Islam, masyarakat akan mengikuti rajanya sehingga
agama Islam dapat berkembang lebih mudah.
Pada masa kerajaan Islam,
istilah-istilah Arab mulai digunakan dalam pemerintahan. Misalnya, penyebutan
kerajaan berubah menjadi kesultanaan atau kesunanan, begitu pula gelar raja
berganti menjadi sultan atau sunan. Sultan dan sunan tidak hanya berperan
sebagai kepala pemerintahan, tetapi juga merangkap sebagai pemimpin agama.
Sultan dianggap sebagai wakil Tuhan (Khalifatullah)
di dunia. Dalam menjalankan pemerintahannya, sultan dibantu oleh pejabat
kerajaan. Setiap kerajaan memiliki perbedaan dalam menyebut pejabatnya. Sebutan
jabatan kerajaan Islam seperti menteri, perdana menteri, panglima, laksamana,
dan syahbandar masih digunakan hingga saat ini.
Dalam menjalankan pemerintahannya,
sultan juga dibantu lembaga penasehat yang dikenal dengan majelis ulama.
Sebagai contoh Wali Sanga merupakan majelis ulama yang membantu pemerintahan
kerajaan Demak. Pada saat ini Indonesia memiliki majelis ulama yang disebut
Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Beberapa kerajaan Islam mampu bertahan hingga kedatangan bangsa Barat di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka dan menjadi negara republik, kepala pemerintahan di jabat oleh seorang presiden. Kerajaan-kerajaan yang masih bertahan, seperti Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta bergabung dengan pemerintah Republik Indonesia. Pada masa kini fungsi kerajaan tersebut tidak bersifat politis. Akan tetapi, lebih sebagai etnititas budaya yang keberadaannya dilindungi secara hukum.
Pada masa kerajaan Islam
system hukum dan pemerintahan didasarkan pada Alquran dan As-Sunnah. Hukum ini
bersifat tegas dan mengikat untuk memberikan kepastian dan keadilan bagi semua
golongan. System hukum tersebut masih berpengaruh hingga kini, khususnya di
Provinsi Aceh.
2.
Ekonomi
Pengaruh kerajaan Islam di
Indonesia tidak hanya terbatas dalam bidang pemerintahan, tetapi juga dalam
bidang ekonomi. Beberapa kerajaan Islam yang terletak di wilayah pesisir
terdorong untuk menerapkan system ekonomi maritime yang bertumpu pada sector
perdagangan dan pelayaran. Pelabuhan merupakan unsur penting bagi kerajaan
maritime. Oleh karena itu, beberapa kerajaan melakukan perbaikan infrastruktur
di pelabuhan untuk menunjang kegiatan perdagangan. Beberapa kegiatan ekonomi
pada masa kerajaan Islam ternyata masih berpengaruh hingga kini. Pengaruh
tersebut tampak pada bidang-bidang berikut:
a. Pajak
dan Bea Cukai
Pada
umumnya raja-raja pesisir menarik keuntungan ekonomi dari pajak perdagangan dan
pelayaran di bandar-bandarnya. Semakin banyak kapal dan saudagar yang
mengunjungi bandar, keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Adanya system
pajak ini terus berlanjut dan berpengaruh pada masa colonial, bahkan hingga
masa kini. Pajak dan bea cukai dapat menambah penghasilan kerajaan pada masa itu
dan negara pada masa kini.
b. Saham
Raja-raja
di daerah pesisir pada masa Islam telah mengenal saham seperti yang diterapkan
pengusaha-pengusaha pada saat ini. Dalam perdagangan laut, raja-raja tersebut
tidak memiliki kapal. Akan tetapi, mereka mempunyai saham dalam kapal. Untuk
membuat kapal besar dan mengisi kapal dengan barang dagangan tertentu
diperlukan modal yang tidak sedikit. Oleh karena itu, raja dan pembesar
menginvestasikan sebagian hartanya bagi kegiatan perdagangan dan pelayaran
Dalam
kegiatan perdagangan raja berperan sebagai pemilik modal, sedangkan kegiatan
perdagangan dijalankan oleh para saudagar. Selanjutnya, para saudagar berdagang
atas nama sultan. Hubungan dagang antara raja atau pemilik modal dan saudagar
disebut sebagai system perdagangan partnership
atau commenda. Perdagangan commenda
dapat diartikan sebagai penyerahan barang dagangan kepada orang lain untuk
diperdagangkan. Perdagangan commenda juga dilakukan untuk memberikan modal bagi
para pedagang. System commenda diibaratkan seperti tuan tanah yang menyewakan
sawahnya kepada petani atas dasar bagi hasil.
c. Ekspor
dan impor
Kegiatan
ekspor impor yang dilakuka Indonesia pada saat ini ternyata telahdilakukan
sejak kerajaan Islam. Sebagai contoh, komoditas utama kerajaan Islam di daerah Kepulauan
Maluku adalah rempah-rempah, terutama cengkeh. Selanjutnya, cengkeh dijual
kepada para pedangan asing (ekspor). Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan
bahan makanan, kerajaan-kerajaan ini mendatangkan dari kerajaan lain (impor).
3.
Sosial
Islam di Indonesia memiliki ekspresi
sosial-budaya yang relatif berbeda jika dibandingkan dengan Islam di tempat
lain, seperti Timur-Tengah, Afrika, dan Asia selatan. Perbedaan tersebut
disebabkan Islam di Indonesia merupakan hasil percampuran Islam dengan tradisi
sosial-budaya- lokal diberbagai daerah di Indonesia. Pada perkembngannya,
kondisi tersebut memengaruhi kehidupan sosial masyarakat di Indonesia.
a. Status
Sosial
Agama
Islam mudah diterima masyarakat Indonesia. Salah satu factor penyebabnya karena
ajaran Islam tidak mengenal system kasta. Akan tetapi, pengaruh akulturasi
antara ajaran Islam dan budaya Jawa memunculkan perbedaan status social antara
penganut Islam itu sendiri. Menurut Clifford Gertz, masyarakat Jawa
dikategorikan dalam tiga golongan, yaitu santri, abangan dan priayi. Kelompok
santri merupakan kelompok orang muslim yang mengamalkan ajaran agama sesuai
dengan syariat Islam.
Kelompok
abangan merupakan golongan muslim yang mempraktikkan ajaran Islam yang masih
bercampur denga kepercayaan lokal. Adapun priyayi merupakan istilah bagi orang
yang memiliki status social ebih tinggi dari rakyat biasa. Priyayi biasanya
memiliki hubungan genealogi dengan raja-raja pada masa kerajaan Islam.
b. Tata
Kota
Pada
zaman perkembangan Islam di Indonesia kerajaan-kerajaan seperti Samudera Pasai,
Perlak, Aceh, Demak, Banten, Ternate-Tidore dan Gowa-Tallo dapat dikatakan
sebagai kota. Kota-kota tersebut berfungsi sebagai kota pusat kerajaan, kota
kadipatenm atau kota pelabuhan. Secara geografis, kota-kota tersebut terletak
di pesisir dan di muara sungai besar sehingga disebut sebagai kota pusat
kerajaan bercorak maritime. Masyarakat kota pusat kerajaan maritime
menitikberatkan kegiatan perekonomian pada perdagangan. Berdasarkan segi tata
kota, sebagian besar kota kerajaan Islam berfungsi sebagai tempat peribadatan
(masjid), pasar, tempat tinggal penguasa (keraton), serta perkampungan
penduduk. Perkampungan penduduk terbagi berdasarkan status social, ekonomi,
agama, dan kekuasaan dalam pemerintahan. Sementara itu, perkampungan pedagang
asing ditentukan oleh penguasa kota. Saat ini tata kota pada masa Islam masih
dapat ditemukan terutama di Jawa.
4.
Budaya
Masuknya Islam di Indonesia tidak
terlepas dari peran budaya masyarakat local. Para penyebar Islam memanfaatkan
budaya local seperti Bahasa, aksara, system kalender, dan upacara adat sebagai
media islamisasi. Berkat sikap proaktif para penyebar Islam, agama Islam dalam
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
a. Bahasa
dan Aksara
Perkembangan
agama Islam di Indonesia berpengaruh terhadap bidang aksara dan tulisan. Pada
masa ini masyarakat Indonesia mulai mengenal aksara Arab. Nahkan, Bahasa Melayu
dan Jawa sering ditulis menggunakan aksara (huruf) Arab tanpa harakat (tanda
baca) yang disebut pegon. Huruf Arab
juga dikembangkan sebagai karya seni yang disebut kaligrafi. Saat ini kaligrafi
digunakan sebagai hiasan atau ukiran di masjid atau rumah.
Beberapa
kosakata bahasa Indonesia mengambil dan menyerap kata-kata dari bahasa Arab,
misalnya kata perlu, musyawarah, dan ikhlas. Selain itu, tidak sedikit
nama-nama orang Indonesia berasal dari bahasa Arab atau mengambil nama tokoh
besar Islam seperti Muhammad, Fatimah, Umar, dan Zahrah.
b. Sistem
Kalender
Sebelum
budaya Islam masuk ke Indonesua, masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender
Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78 Masehi. Dalam kalender Saka
ditemukan nama-nama hari pasaran seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
Setelah berkembangnya Islam di Indonesia, Sultan Agung dari kerajaan Mataram
Islam menciptakan kalender Jawa dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan
(komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Suktan Agung juga melakukan perubahan
nama-nama bulan, seperti Muharam diganti drngan Suro dan Ramadhan diganti
dengan Pasa. Kalender Sultan Agung tersebut dimulai dari tanggal 1 Suro 1555
Jawa atau bertepatan dengan 1 Muharam 1053 HijriahTau 8 Agustus 1633 Masehi.
Sistem kalender tersebut masih digunakan hingga kini.
No |
Nama Bulan Islam |
Nama Bulan Jawa |
1 |
Muharam |
Suro |
2 |
Safar |
Sapar |
3 |
Rabiul Awal |
Mulud |
4 |
Rabiul Akhir |
Bakda Mulud |
5 |
Jumadil Awal |
Jumadil Awal |
6 |
Jumadil Akhir |
Jumadil Akhir |
7 |
Rajab |
Rejeb |
8 |
Sya’ban |
Ruwah |
9 |
Ramadhan |
Pasa |
10 |
Syawal |
Sawal |
11 |
Zulkaidah |
Dulkaidah |
12 |
Zulhijah |
Besar |
c. Upacara
Adat
Indonesia
adalah negara yang kaya budaya, tradisi dan adat istiadat. Oleh karena iru,
para penyebar agama Islam memasukkan ajaran Islam dalam tradisi dan adat
istiadat masyarakat setempat agar mudah diterima. Percampuran antara ajaran
Islam dan adat istiadat tersebut terys berlangsung higga kini dan berpengaruh
terhadap budaya Indonesia. Beberapa pengaruh Islam dalam upacara adat
masyarakat lokal di indonesia sebagai berikut:
1)
Selamatan
Upacara
selamatan biasanya dilakukan untuk mendoakan arwah orang yang telah meninggal.
Upacara selamatan biasanya disebut ruwahan, kenduri, tahlilan, atau yasinan.
Upacara selamatan diadakan mulai hari prrtama hinggga hsri ke tujuh,
dilanjutkan hari ke 40, ke-100 dan seterusnya. Sebelum ajaran Islam masuk,
upacara selamatan merulakan ajaran Hindu. Penyebar Islam menggunakan acara
selamatan ini sebagai media islamisasi masyarakat Indonesia. Dalam upacara
selamatan terdapat bacaan wirid dan doa serta pembacaan Surah Yasin bagi yang
telah meninggal.
2)
Ngarak
Maju
Dalam
perkawinan adat masyarakat Lampung Pesisir dikenal istilah upacara ngaraj maju.
Ngarak menurut istilah adalah arak-arakan, sedangkan maju adalah pengantin.
Jadi, upacara ngarak maju adalah adat arak-arakan pengantin Lampung yang
dilakukan di tempat pihak pengantin pria sebagai tanda bahwa si pria telah
resmi menikahi si wanita. Penggunaan alat musik rebana serta lantunan ayat
selawat dan syair Arab yang dikenal dengan istilah zikir lama dan zikir baru
menunjukkan pengaruh Islam pada upara ngarak maju.
3)
Grebeg
Grebeg
merupakan tradisi untuk mengiring para raja atau pembesar kerajaan. Saat ini
grebeg masih dijalankan di beberapa daerah, khususnya daerah-daerah Jawa.
Keraton Yogyakarta dan Surakarta menyelenggarakan upacara grebeg tiga kali
dalam setahun. Ketiga upacara grebeg tersebut sebagai berikut:
•
Grebeg
Pasa diadakan pada tanggal 1 Syawal atau saat hari raya Idul Fitri.
•
Grebeg
Besar diadakan pada tanggal 10 Zulhidjah untuk merayakan hari raya kurban.
•
Grebeg
Maulud diadakan pada setiap bulan Rabiul Awal tahun Hijriah. Maksud acara tersebut
mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad SAW
4)
Sekaten
Berasal
dari kata syahadatain atau dua kaliamt syahadat. Sekaten meruoakan uoacara
peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diadakan setiap 12 Rabiul Awal
tahun Hijriah. Upacara ini diadakan oleh Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Pada
awalnta upacara ini diadakan Sultan Hamengkubuwono I untuk mengundang
masyarakat agar memeluk Islam.
5)
Tradisi
baayun maulid
Tradisi
baayun maulid berasal dari daerah Banjar, Kalimantan Selatan. Tradisi ini
awalnya dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal bertepatan dengan Maulid
Nabi. Baayun berasal dari kata "ayun" yang diartikan "proses
ayunan". Pada saat ini acara tradisi baayun dilakukan dengan cara
menidurkan baty dalam ayunan sambil membaca selawat pada saat maulid nabi.
Tujuan agar sang anak menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dsn meneladan
nabi Muhammad SAW.
5.
Pendidikan
Pengaruh Islam dalam bidang pendidikan
ditandai dengan munculnya berbagai lembaga pengajian. Lembaga ini memiliki
jenjang bertingkat dari tingkat dasar berupa pengajian dirumah guru, langgar,
dan mesjid hingga tingkat tinggi berupa pesantren.
a.
Lembaga
pengajian
Merupakan
lembaga pendidikan tingkat dasar pada masa Islam. Pada lembaga tingkat dasar,
pendidikan Islam mulai diberikan kepada anak-anak berusia lima tahun. Mereka
mendapatkan pelajaran menghafal surah pendek dari Juz 30. Anak-anak berusia 7-8
yahun mulai diajarkan membaca huruf Arab dan secara bertahap diajarkan membaca
Alquran dengan benar.
Metode
pembelajaran pada lembaga pengajian dilakukan secara individual. Seorang murdi
mendatangi gurunya yang akan membacakan beberapa baris Alquran dan murid
mengulanginya. Adapun untuk pembelajaran kitab-kitab, gurucakan membacakan
beberapa baris dan menerjemahkan dalam bahasa lokal.
b.
Pesantren
Sejak
abad XV Masehi pesantren telah digunakan sebagai lembaga pengajaran dan
penyiarsn agama Islam. Pesantren memegang peranan penting dalam penyebaran
Ilsam hingga kr pelosok daerah. Beberapa pesantren yang memiliki pengaruh besar
pada masa Islam antara lain Pesantren Ampel Denta di Surabaya dan Pesantren
Giri Kedaton di Gresik.
Pada
saat ini, masyarakat mengelompokkan pesantren menjadi 3 kelompok yaitu
pesantren kecil, pesantren menengah dan pesantren besar seperti Pesantren
Gontor. Pada masa Islam, materi-materi yang diajarkan dipesantren antaralaim
ilmu tafsir, bahasa Arab, fikih (hukum Islam), hadist, tauhud, tarikh (sejarah
islam), tasawuf, serta akhlak. Metode yang digunakan adalah metode sorongsn dan
bandongan. Pesantren pada masa kini menerapkan sistem kelas seperti sekolah
umum. Perubahan juga terjadi pada matapelajaran yang diajarkan yang ditambahkan
dengan pelajaran umum. Sistem pendidikan pesantren melahirkan tokoh-tokoh
besar yang berperan penting bagi perkembngan intelektual Islam pada masa kini.
6.
Kesenian
Bebeeapa kesenian pada masa kerajaan
Islam dan masih berpengaruh hingga kini sebagai berikut:
a) Seni
pertunjukan
Seni
pertunjukan telah berkembang sejak masa kerajaan Hindu Buddha. Selanjutnya pada
masa kerajaan Islam kesenian dikembangkan sebagai sarana untu kberdakwah
1) Wayang. Pada masa Islam para ulama mengubaj
cerita Ramayana dan Mahabarata menjadi cerita-cerita Islam. Sunan Kalijaga
adalah salah saru tokoh yang berinisiatif menjadikan wayang dan memasukkan
ajaran Islam dalam cerita-cerita wayang. Sunan Kalijaga tidak pernah meminta
upah kepada para penonton. Ia hanya meminta para penonton untuk mengucapkan
kalimat syahadat.
2) Tari
Seudati. Tarian ini
mulai dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Pendakwah Islam
memanfaatkan tarian ini untuk media dakwah. Pada mulanya tari Seudati diketahui
sebagai tarian pesisir yang disebut ratoh atau ratoih yang berarti
menceritakan. Tarian Seudati merupakan tariancdari Aceh yang dibawakan oleh
delapan orang lakic-laki sebagai penari utama dan dua orang penyanyi sebagai
pengiring tari. Penyanyi melantunkan syair tentajg salawat nabi.
3) Tari
Zapin. Pada awalnya
tarian ini fimainkan oleh laki-laki Arab dan Persia. Pada XV tarian ini
diperkenalkan di daerah Melayu bersamaan dengan proses penyebaran agama Islam
yang dibawa pedagang Arab. Pada saat ini tari Zapin biasa dipentaskan pada
acara khitanan, pernikahan, dan peringatan hari besar Islam.
4) Permainan
Debus merupakan bela
diri dari Banten yang mempertunjukkan kemampuan kebal senjata tajam. Permaiann
debus diawali dengan zikir serta puji-pujiann kepada Allah SWT dan Nabi
Muhammad saw. Kesenian debus diawali pada masa pemerintajan Sultan Maulana
Hasanuddin (1532-1570). Pada zaman Suktan Ageng Tirtayasa debus menjadi pemompa
semangat juang rakyat Banten dalam melawsn penjajah Belanda.
5) Hadrah. Hadrah adalah salah satu jenis
pertunjukan yang memainkan alat musik rebana. Lagu-lagu yang dibawakan bernuansa
islami seperti puji-pujian kepada Tuhan, sanjungan kepada Nabi Muhammad saw, nasihat dan bersejarah
kenabian.
b) Seni
Sastra
Pada
abad XIV dan XV apresiasi dan minat kaum terpelajar muslim Melayu terhadap
kesastraan Arab dan Persia cukup tinggi. Hal ini disebabkan banyak ulama dan
cendikiawan Timur Tengah yang menetap di Samudera Pasai. Selanjutnya, kaum
terpelajar melayu melahirkan karya sastra dalam bahasa Melayu. Bahasa Melayu
saat itu menjadi bahasa pergaulan utama dalam bidang perdagangan dan
intelektual. Salah satu karya sastra Melayu Islam adalah Hikayat Raja-Raja
Pasai. Kitab ini ditulis setelah kesuktanan Samudera Pasai ditaklukkan Kerajaan
Majapahit pada tahun 1365.
Selain
itu, karya sastra juga berkembang du Kerajaan Mataram Islam. Terbukti dengan
adanya kitan Sastra Gending karya Sultan Agung. Sastra Gending merupakan kitab
dilsafat. Kary sastra pada masa Islam memberikan pengaruh penting sebagai media
penyebaran gagasan keagamaan dan gagasan intelektual serta keilmun hinggq kini.
c) Seni
arsitektur. Seni
arsitektur bangunan islam di indonesia sangat unik dan mengalami akulturasi.
Beberapa banguban peninggalan periode Islam di Indonesia sebagai berikut:
1)
Masjid.
2)
Makam. Dalam ajaran Islam seroang muslim yang meninggal harus
dimakamkan dalam tanah dwngan mdnghadap ke arah kiblat. Akibat pengaruh
kepercayaan sebelumnya, banyak makam muslim di Indonesia yang dibangun secara
megah. Makam para pembesar atau ulama terkenal seperti wali dan sunan biasanya
dobangun di atas bukit dengan ciri:
•
Makam
terbuat dsri bangunan batu yang disebut jirat atau kijing
•
Diatas
jirat biasanta didirikan rumah tersendiri yang disebut cungkup atau kubah
•
Dilengkapi
tembok dan gapura yang menghubungkan antara makam dan kelompok makam.
•
Di
dekat makam biasanya dibangun masjid
Ciri
makam tersebut terlihat pada komolek makam raja-raja Mataram di Imogiri, makam
Sunan Muria dan makam Sendang Duwur di Lamongan.
3)
Keraton. Keraton perperan sebagai pusat
pemerintahan sehinhga dipandang sebagai lambang pusat kekuasaan raja. Keraton
bercorak Islam biasanya dibangun menghadap ke utara. Disekeliling keraton
dibangun parit dan dinding yang verfungsi sebagai pagar keamanan dan
pertahanan. Di depan dan brlakanh keraton terdapat alun-alun.
Keberadaan
keraton memiliki pengaruh penting bagi masyarakat saat ini.
No comments:
Post a Comment