Reformasi
gereja dapat dimaknai sebagai pembaruan dalam kehidupan masyarakat. Pada masa
tersebut pihak gereja memiliki kewenangan yang luas dan mengekang kebebasan
individu.
1)
Pengaruh
Renaisans Dalam Reformasi Gereja
Perkembangan pemikiran pada masa
renaisans sejak abad XV menyebabkan beberapa orang mulai mempertanyakan ajaran
Gereja Katolik Roma. Para pemimpin yang mengelola gereja mendapat kritikan
pedas dari bebrap golongan. Golongan tersebut menginginkan pembaruan dalam
gereja. Gereja pembaruan ini disebut “Reformasi”. Gerakan reformasi sebenarnya
sudah muncul sejak seratus tahun lalunya. Akan tetapi, gerakan reformasi baru
mencapai puncaknya pada tahun 1517.
2)
Latar
Belakang Reformasi Gereja
Gerakan
reformasi gereja dipelopori oleh Martin Luther (1483-1546), seorang ahli agama
dan guru besar di Jerman. Gerakan ini didukung oleh Ulrich Zwingli (1484-1531),
seorang teolog dari Swiss dan John Calvin (1509-1547), seorang ahli hokum dari
Prancis. Ajaran John Calvin disebut juga calvinisme berkembang pesat di
Inggris, Belanda, dan Skotlandia.
Martin Luther dan Reformasi Gereja merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan. Menjelang terjadinya Reformasi Gereja, Martin Luther memasang daftar 95 dalil di pintu gereja di Wittenberg (Jerman) yang berisi kritikan terhadap peranan gereja. Dengan tindakan itu, Martin Luther berharap akan mendapat tanggapan positif. Akan tetapi, ia justru dituduh sebagai menentang ajaran gereja. Sejak saat itu ia dikucilkan dari pergaulan gereja.
Secara umum, factor penyebab terjadinya
Reformasi Gereja sebagai berikut:
a) Adanya
penyimpangan yang dilakukan oleh gereja Katolik seperti pergaulan surat Aflat
(surat pengampunan dosa)
b) Perkembangan
paham humanism yang menyebabkan banyak orang dapat membaca dan menerjemahkan
Alkitab
c) Paus
mempunyai kekuasaan besar, yaitu sebagai pemimpin agama dan kepala Negara.
Keadaan ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan raja-raja sehingga berujung
pada perselisihan
3)
Perkembangan
Reformasi Gereja di Eropa
Upaya Martin Luther dalam memelopori
gerakan reformasi Gereja mendapat dukungan di Jerman dan Swiss. Martin Luther
juga mendapat dukungan dan perlindungan Raja Frederick dari Sakson (Prusia).
Selanjutnya, Martin Luther dibawa ke Kota Wartburg, Jerman. Di kota ini Martin
Luther berhasil menerjemahkan kitab injil (Alkitab) dalam bahasa Jerman.
Dalam perkembangannya, Martin Luther
mendirikan gereja sendiri yang disebut Lutheran. Beberapa golongan mengikuti
tindakan Martin Luther dengan mendirikan gereja sendiri. Gereja tersebut
seperti Quaker, Anabaptis, Mennonit, dan Hussit Moravia. Setelah tahun 1929
alira gereja tersebut Gerakan Protestan.
Gerakan Protestan merupakan kelanjutan
dari gerakan reformasi Gereja. Golongan Protestan menghendaki ajaran agama
dilaksanakan sesuai Alkitab. Peristiwa protes oleh golongan protestan menandai
lahirnya agama Kristen Protestan. Gerakan Protestan menghendaki pembaruan
gereja untuk kembali pada ajaran Kristen awal berdasarkan Alkitab.
Selain Martin Luther, tokoh gerakan
reformasi Gereha adalah Ulrich Zwingli dan Johannes Calvin yang memiliki
pengikut banyak pengikut di Prancis, Jerman dan Belanda. Ia membenruk lembaga
reformasi di Swiss. Johannes Calviin berhasl memengaruhi John Knox untuk melakukan reformasi di Scotlandia.
Beberapa kelompok membentuk komunitas dan menguasai beberapa kota di Eropa.
Pengaruh ajaran Johannes Calvin juga berhasil mendorong Belanda untuk melakukan
revolusi dalam pemerintahan.
4)
Pertentangan
Reformasi Gereja dan Kontrareformasi
Dalam perkembangannya, Reformasi Gereja
menimbulkan perselisihan di kalagangan umat Katolik. Perselisihan tersebut
melahirkan gerakan Kontrareformasi yang dipelopori oleh Paus Pius V, Paus
Gregorius XIII, Raja Philipus II, Sixtus V, Santo Carolus Boromeus, Santo
Yohanes, Petrus Canicisu, Santo Ignatius, dan Santa Theresia. Gerakan Kontrareformasi
dilakukan untuk mengatasi perpecahan yanh terus terjadi dan mengajak umat
kembali pada ajara Katolik.
Gerakan Kontrareformsai dimulai ketika
Paus Pius V mendorong pengajaran dan penyebaran agama melalui sebuah ordo biarawan
Italia yang disebut Kapusin. Enam tahun kemudia ia menyetujui pendirian Serikat
Jesuit yang didirikan oleh Santo Ignatius dari Loyola untuk menyebarkan agama
Katolik. Paus Pius V juga menyelenggarakan Konsili Trente pada tahun 1545 untuk
membahas pembaharuan gereja. Konsili Trenre mendirikan berbagai lembaga
pendidikan gereja seperti seminari yang digunakan untuk mendidik kembali para
biarawan, biarawati, dan imam. Tindakan-tindakan tersebut dilakukan untuk
membangkitkan kembali keyakinan umat Katolik.
Kontrareformasi mengakibatkan beberapa
keadaan berikut.
1) Eropa
terbagi menjadi wilayah utara dan selatan berdasarkan keyakinan agama. Kaum Protestan
mendominasi wilayah Eropa Utara, sedangkan kaum Katolik berada di Eropa
Selatan. Pembagian ini juga terjadi di Prancis yang akhirnya memicu perang
saudara.
2) Perpecahan
dalam keyakinan beragama memicu masalah politik, seperti yang terjadi di
Belanda.
3) Seni
Barok mengalami perkembangan pesat di Italia, Spantol, Jerman, dan Polandia.
Salah satu karya seni Barok adalah lukisan Monalisa karya pelukis ternama,
Leonardo da Vinci.
Reformasi Gereja
pada abad XVI menyebabkan agama Nasrani terpecah menjadi dua, yaitu Katolik Roma
dan Kristen Protestan. Kedua agama tersebut masih menjadi agama mayoritas yang
dianut oleh masyarakat Eropa. Katolik Roma masih mendominasi Negara-negara
Eropa bagian Selatan, sedangkan Kristen
Protestan mendominasi Negara-negara Eropa di bagian utara.
No comments:
Post a Comment