Saturday, October 31, 2020

Pemikiran dan Peristiwa Penting di Eropa - Reformasi Gereja

 

Reformasi gereja dapat dimaknai sebagai pembaruan dalam kehidupan masyarakat. Pada masa tersebut pihak gereja memiliki kewenangan yang luas dan mengekang kebebasan individu.

1)      Pengaruh Renaisans Dalam Reformasi Gereja

Perkembangan pemikiran pada masa renaisans sejak abad XV menyebabkan beberapa orang mulai mempertanyakan ajaran Gereja Katolik Roma. Para pemimpin yang mengelola gereja mendapat kritikan pedas dari bebrap golongan. Golongan tersebut menginginkan pembaruan dalam gereja. Gereja pembaruan ini disebut “Reformasi”. Gerakan reformasi sebenarnya sudah muncul sejak seratus tahun lalunya. Akan tetapi, gerakan reformasi baru mencapai puncaknya pada tahun 1517.

2)      Latar Belakang Reformasi Gereja

Gerakan reformasi gereja dipelopori oleh Martin Luther (1483-1546), seorang ahli agama dan guru besar di Jerman. Gerakan ini didukung oleh Ulrich Zwingli (1484-1531), seorang teolog dari Swiss dan John Calvin (1509-1547), seorang ahli hokum dari Prancis. Ajaran John Calvin disebut juga calvinisme berkembang pesat di Inggris, Belanda, dan Skotlandia.

Martin Luther dan Reformasi Gereja merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan. Menjelang terjadinya Reformasi Gereja, Martin Luther memasang daftar 95 dalil di pintu gereja di Wittenberg (Jerman) yang berisi kritikan  terhadap peranan gereja. Dengan tindakan itu, Martin Luther berharap akan mendapat tanggapan positif. Akan tetapi, ia justru dituduh sebagai menentang ajaran gereja. Sejak saat itu ia dikucilkan dari pergaulan gereja.

Gambar 1: Martin Luther
sumber: historytoday.com

Secara umum, factor penyebab terjadinya Reformasi Gereja sebagai berikut:

a)      Adanya penyimpangan yang dilakukan oleh gereja Katolik seperti pergaulan surat Aflat (surat pengampunan dosa)

b)      Perkembangan paham humanism yang menyebabkan banyak orang dapat membaca dan menerjemahkan Alkitab

c)      Paus mempunyai kekuasaan besar, yaitu sebagai pemimpin agama dan kepala Negara. Keadaan ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan raja-raja sehingga berujung pada perselisihan

3)      Perkembangan Reformasi Gereja di Eropa

Upaya Martin Luther dalam memelopori gerakan reformasi Gereja mendapat dukungan di Jerman dan Swiss. Martin Luther juga mendapat dukungan dan perlindungan Raja Frederick dari Sakson (Prusia). Selanjutnya, Martin Luther dibawa ke Kota Wartburg, Jerman. Di kota ini Martin Luther berhasil menerjemahkan kitab injil (Alkitab) dalam bahasa Jerman.

Dalam perkembangannya, Martin Luther mendirikan gereja sendiri yang disebut Lutheran. Beberapa golongan mengikuti tindakan Martin Luther dengan mendirikan gereja sendiri. Gereja tersebut seperti Quaker, Anabaptis, Mennonit, dan Hussit Moravia. Setelah tahun 1929 alira  gereja tersebut Gerakan Protestan.

Gerakan Protestan merupakan kelanjutan dari gerakan reformasi Gereja. Golongan Protestan menghendaki ajaran agama dilaksanakan sesuai Alkitab. Peristiwa protes oleh golongan protestan menandai lahirnya agama Kristen Protestan. Gerakan Protestan menghendaki pembaruan gereja untuk kembali pada ajaran Kristen awal berdasarkan Alkitab.

Selain Martin Luther, tokoh gerakan reformasi Gereha adalah Ulrich Zwingli dan Johannes Calvin yang memiliki pengikut banyak pengikut di Prancis, Jerman dan Belanda. Ia membenruk lembaga reformasi di Swiss. Johannes Calviin berhasl memengaruhi John  Knox untuk melakukan reformasi di Scotlandia. Beberapa kelompok membentuk komunitas dan menguasai beberapa kota di Eropa. Pengaruh ajaran Johannes Calvin juga berhasil mendorong Belanda untuk melakukan revolusi dalam pemerintahan.

4)      Pertentangan Reformasi Gereja dan Kontrareformasi

Dalam perkembangannya, Reformasi Gereja menimbulkan perselisihan di kalagangan umat Katolik. Perselisihan tersebut melahirkan gerakan Kontrareformasi yang dipelopori oleh Paus Pius V, Paus Gregorius XIII, Raja Philipus II, Sixtus V, Santo Carolus Boromeus, Santo Yohanes, Petrus Canicisu, Santo Ignatius, dan Santa Theresia. Gerakan Kontrareformasi dilakukan untuk mengatasi perpecahan yanh terus terjadi dan mengajak umat kembali pada ajara Katolik.

Gerakan Kontrareformsai dimulai ketika Paus Pius V mendorong pengajaran dan penyebaran agama melalui sebuah ordo biarawan Italia yang disebut Kapusin. Enam tahun kemudia ia menyetujui pendirian Serikat Jesuit yang didirikan oleh Santo Ignatius dari Loyola untuk menyebarkan agama Katolik. Paus Pius V juga menyelenggarakan Konsili Trente pada tahun 1545 untuk membahas pembaharuan gereja. Konsili Trenre mendirikan berbagai lembaga pendidikan gereja seperti seminari yang digunakan untuk mendidik kembali para biarawan, biarawati, dan imam. Tindakan-tindakan tersebut dilakukan untuk membangkitkan kembali keyakinan umat Katolik.

Kontrareformasi mengakibatkan beberapa keadaan berikut.

1)      Eropa terbagi menjadi wilayah utara dan selatan berdasarkan keyakinan agama. Kaum Protestan mendominasi wilayah Eropa Utara, sedangkan kaum Katolik berada di Eropa Selatan. Pembagian ini juga terjadi di Prancis yang akhirnya memicu perang saudara.

2)      Perpecahan dalam keyakinan beragama memicu masalah politik, seperti yang terjadi di Belanda.

3)      Seni Barok mengalami perkembangan pesat di Italia, Spantol, Jerman, dan Polandia. Salah satu karya seni Barok adalah lukisan Monalisa karya pelukis ternama, Leonardo da Vinci.

 Reformasi Gereja pada abad XVI menyebabkan agama Nasrani terpecah menjadi dua, yaitu Katolik Roma dan Kristen Protestan. Kedua agama tersebut masih menjadi agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Eropa. Katolik Roma masih mendominasi Negara-negara Eropa bagian Selatan, sedangkan Kristen  Protestan mendominasi Negara-negara Eropa di bagian utara.

No comments:

Post a Comment