A. Kerajaan Demak
1. Lokasi Kerajaan
Demak
terletak di pesisir utara Pulau Jawa. Pada awalnya Demak merupakan kadipaten
dari Majapahit. Kemungkinan, munculnya Kerajaan Demak bersamaan dengan
runtuhnya Kerajaan Majapahit.
2. Kehidupan
Pemerintahan
Raja-raja
yang pernah memerintah pada kerajaan Demak adalah:
a.
Raden Patah. Merupakan pendiri kerajaan Demak
pada awal abad XVI M.
b.
Pati Unus. Pati Unus menggantikan Raden Patah.
Pati Unus sangat terinspirasi oleh Gajah Mada untuk menjadikan Demak sebagai
kerajaan maritime seperti Majapahi. Pati Unus membangun Angkatan Laut yang kuar
dan menyerang Malaka yang dikuasai Portugis. Penyerangan itu dilakukan karena
keberadaan Portugis di Malaka dianggap merugikan perdagangan Demak.
c.
Sultan Trenggono. Demak mencapai puncak kejayaan pada
masa Sultan Trenggono. Wilayah Demak meliputi sebagian besar pesisir utara
Pulau Jawa. Bahkan meluas hingga ke Sukadana (Kalimantan Barat), Palembang,
Jambi, dan Banjar (Kalimantan Selatan). Setelah Sultan Trenggono wafat,
kerajaan Demak mengalami kemunduran.
Demak dilanda perang saudara antara Pangeran Prawoto (putra Sultan Trenggono) dan Arya Panangsang (Keturunan Pangeran Sekar Sedo Lepen, adik Sultan Trenggono). Dalam perselisihan itu, Arya Panangsang berhasil membunuh Sultan Prawoto. Selanjutnya, Arya Panangsang dibunuh oleh Hadiwijaya (Joko Tingkir) dari Pajang. Hadiwijaya merupakan menantu Sultan Trenggono. Hadiwijaya merebut tahta Demak dan memindahkan ibukota kerajaan Demak ke Pajang.
3. Kehidupan
Sosial
Perkembangan
agama Islam di Demak secara otomatis memengaruhi kehidupan social masyarakatnya
yang sebagian besar pemeluk agama Islam. Kondisi ini tidak lepas dari peranan
anggota Wali Sanga seperti Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus. Keduanya memberi
banyak saran bagi pemerintahan Demak dengan dasar hokum Islam sehingga Demak
berkembang menjadi Negara teokrasi, yaitu Negara dengan dasar agama. Keduanya
mengajak masyarakat Dekam agar tetap menghormati ajaran Hindu seperti melarang
penyembelihan sapi saat berkurban. Tindakan tersebut dilakukan untuk tetap
menjalin kerukunan dengan umat Hindu.
4. Kehidupan
Ekonomi
Perekonomian
Demak menitik beratkan pada perdagangan maritime dan agraris. Pelabuhan Demak
berkembang menjadi pelabuhan transito yang menghubungkan perdagangan
internasional antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Demak
banyak dikunjungi oleh pedagang asing yang ingin membeli rempah-rempah dari
Maluku. Selain sektor maritime, sektor agraris juga berkembang di daerah
pedalaman. Beras menjadi komoditas dagang Demak yang diunggulkan dari sektor
agraris. Pada abad XVI Masehi Demak sebagai penghasil beras terbesar di
Indonesia.
5. Kehidupan
Budaya
Budaya
Islam di Demak berbeda dengan tradisi Islam di Arab. Pada masa kerajaan Demak,
Sunan Kalijaga meletakkand dasar-dasar tradisi sekaten. Tradisi sekaten
merupakan akulturasi antara tradisi Islam dan tradisi local masyarakat Jawa
untuk perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW. Selain sekaten, upacara selamatan dan
yasinan termasuk wujud akulturasi tradisi Islam, Hindu-Buddha dan lokal.
Hasil kebudayaan lainnya yang merupakan akulturasi adalah arsitektur masjid Agung Demak yang memiliki atap tumpang bertingkat tiga. Bentuk atap tersebut berupakan ciri bangunan asli masyarakat Jawa.
B. Kerajaan
Mataram Islam
1. Lokasi
Kerajaan
Kerajaan Mataram Islam merupakan kelanjutan Kerajaan Demak dan Pajang. Pada awal berdirinya, pusat Kerajaan Mataram Islam berada di Kota Gede Yogyakarta. Sepeninggal Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mengalami kemunduran. Selanjutnya, Hadiwijaya (Joko Tingkir) dengan bantuan Ki Ageng Pamanahan berhasil merebut takhta Demak dan mendirikan kerajaan Pajang. Atas jasanya tersebut, Hadiwijaya menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Ageng Pamanahan. Dalam perkembangannya Mataram berubah menjadi kerajaan besar yang menggantikan kedudukan Kerajaan Pajang.
2. Kehidupan
pemerintahan
Raja-raja
yang pernah memerintah di Kerajaan Mataram Islam adalah:
a.
Ki Ageng Pamanahan (pendiri Mataram Islam).
b.
Panembahan Senopati. Panembahan Senopati berhasil
memperluas wilayah kekuasaan Mataram Islam ke bagian barat pulau Jawa hingga
Priangan Timur dan Kesultanan Cirebon. Hubungan antara Mataram dan Cirebon
tidak disebabkan penaklukan, namun hubungan persahabatan.
c.
Pangeran Jolang. Pangeran Jolang menyempurnakan
pembangunan tata kota di Kota Gede seperti pembuatan taman Danalaya, pembuatan
kolam (segaran), dan komplek pemakaman Kota Gede. Pada tahun 1613 Pangeran
Jolang wafat di tempat perburuan (Krapyak).
d.
Sultan Agung. Mataram Islam mencapai puncak
kejayaan pada masa Sultan Agung. Seluruh wilayah Jawa Timu, Jawa Tengah dan
Madura mengakui kedaulatan Mataram. Untuk mewujudkan keinginannya menyatukan
Pulau Jawa pada tahun 1628 dan 1629 Sultan Agung menyerang kedudukan VOC di
Batavia. Akan tetapi, kedua serangan mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut
disebabkan VOC berhasil menghancurkan gudang-gudang beras milik Mataram di
Tegal dan Cirebon. VOC juga berhasil menghancurkan kapal-kapal yang akan
digunakan untuk mengangkut pasukan Mataram ke Batavia.
Pada masa
Sultan Agung wilayah kekuasaan Mataram dibagi menjadiempat, yaitu kutanegara, negara agung, mancanegara,
dan pasisiran. Pada tahun 1645 Sultan
Agung wafat dan terjadi beberapa kali pemberontakan dan perebutan kekuasaan.
3. Kehidupan
Sosial
Kehidupan
social masyarakat Mataram Islam bersifat feudal. Dalam system feodalisme,
derajat seseorang dalam masyarakat dinilai berdasarkan luas tanah yang
dimiliki. System feodal di Mataram memunculkan struktur masyarakat baru
berdasarkan atas penguasaan tanah. Struktur masyarakat tersebut terdiri atas bendoro (raja dan bangsawan), priayi (pegawai kerajaan), dan wong cilik (rakyat). Kehidupan masyarakat
feodal berkaitan dengan hubungan patron clien
(atasan-bawahan). Dalam hubungan ini raja sebagai patron harus mampu mengayomi rakyatnya dengan baik dan rakyat
sebagai clien harus patuh dan setia
kepada raja.
4. Kehidupan
Ekonomi
Perekonomian
Kerajaan Mataram Islam didukung oleh sector agraris. Kondisi tanah yang subur
menyebabkan hasil pertanian melimbah dan didukung jumlah tenaga kerja yang
besar. Beras merupakan komoditas utama. Pada masa Sultan Agung, Kerajaan
Mataram berusaha mengembangkan perekonomian maritime.sektor maritime dikembangkan
melalui perdagangan di pelabuhan-pelabuhan pesisir utara Jawa seperti Jepara, Kendal
dan Tegal.
5. Kehidupan
Budaya
Kebudayaan
Jawa di Mataram berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Agung. Pada masa
itu muncul tradisi grebeg yang
merupakan perpaduan anyara kebudayaan Hindu dan Islam. Para pujangga Mataram
juga menulis beberapa karya Sastra yang diilhami oleh cerita Ramayana seperti kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata.
Sultan Agung menulis kitab Sastra
Gendhing yang menjelaskan tentang ajaran manunggaling kawula gusti atau bersatunya Tuhan dengan Manusia.
Pada masa
Kerajaan Mataram Islam kebudayaan local dan Hindu-Buddha masih berkembang dalam
masyarakat. Menghadapi kondisi tersebut Sultan Agung berusaha memasukkan
nilai-nilai Islam dalam kebudayaan local dan Hindu-Buddha tanpa menghilangkan
kemurnian ajaran Islam itu sendiri. Proses akulturasi terlihat pada pembuatan
kalender Jawa yang menghubungkan tahun Hijriah dan tahun Saka.
Baca Juga: Kerajaan-Kerajaan Maritim pada masa Islam di Pulau Sumatera
C. Kerajaan Banten
Sebelum mendapatkan pengaruh Islam daerah Banten berada di bawah kekuasaan Sunda Padjajaran yang bercorak Hindu. Akan tetapi, Fatahillah berhasil mengalahkan Portugis dalam pertempuran di Sunda Kepala, wilayah Banten menjadi kekuasaan Demak. Fatahillah kemudian mengangkat putranya, Maulana Hasanuddin sebagai pengasa Banten.
1. Kehidupan
Pemerintahan
Raja-raja
yang pernah memerintah di Kerajaan Banten:
a.
Maulana Hasanuddin. Merupakan raja pertama Banten. Pada masa
pemerintahannya, Banten berkembang menjadi pusat perdagangan penting di Selat Sunda.
Maulana Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan Banten ke daerah
penghasil lada di Lampung. Maulana Hasanuddin telah menciptakan dasar-dasar
kemakmuran Banten sebagai pelabuhan lada. Selain Lampung, Jayakarta juga
berhasil direbut Fatahillah dari tangan Portugis tahun 1527 yang menjadi
kejayaan Kesultanan Banten.
b.
Maulana Yusuf. Dibawah kepemimpinan Maulana Yusuf ,
Kesultanan Banten berhasil menaklukan kerajaan Pajajaran di Pakuan, Jawa Barat.
c.
Sultan Ageng Tirtayasa. Kesultanan Banten mencapai puncak
kejayaan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil
memajukan system perdagangan maritime. Sultan Ageng Tirtayasa juga membangun
armada angkatan laut yang kuat. Sultan Ageng Tirtayasa menjalin hubungan diplomatik
dengan Negara-negara asing seperti Inggris, Prancis, Cina, Persia dan Arab.
Sultan Ageng Tirtayasa juga menjalin hubungan diplomatik dengam sejumlah
kerajaan Islam di Indonesia, seperti Aceh Darussalam, Makasar, Cirebon, dan
Ternate. Hubungan diplomatik ini dilakukan untuk mencari dukungan guna melawan
VOC yang berkuasa di Batavia.
2. Kehidupan
Sosial
Para ulama
berperan menyebarkan ajaran Islam di Banten sehingga besar penduduk memeluk
agama Islam. Masyarakat Banten menerapkan sikap toleransi dalam kehidupan
beragama. Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, Kota Surosowan telah berkembang
menjadi kota cosmopolitan yang dihuni berbagai etnik dan bangsa. Kota tersebut
dihuni para pedagang asing. Orang India mendirikan pemukiman yang dikenal
Kampung Keling, orang Arab membangun Kampung Pekojan dan orang Tionghoa
mendirikan Kampung Pecinan.
3. Kehidupan
Ekonomi
Sejak abad
XV Banten berperan sebagai pelabuhan penting yang masuk jaringan pelayaran dan
perdagangan Jalur Sutra. Oleh karena itu, Sultan Ageng Tirtayasa terus
membangun pelabuhan transito untuk menarik pedagang asing agar singgah di
Banten. Banten juga mengembangkan perekonomian berbasis agraris. Sultan Ageng
Tirtayasa membangun system irigasi besar-besaran. Kanal-kanal baru sepanjang
30-40 km dibangun dengan mempekerjakan 16.000 orang dan mampu mengairi sekitar
30.000 – 40.000 hektar persawahan baru dan ribuan perkebunan kelapa.
Pada abad
XVI-XVII ladan Banten menjadi salah satu komoditas perdagangan yang memiliki
nilai jual tinggi. Pada saat itu Banten merupakan salah satu daerah penghasil
lada di Indonesia.
4. Kehidupan
Budaya
Pengaruh Islam di Kerajaan Banten terlihat dari berkembangnya ajara tasawuf, tarekat dan budaya Islam dalam masyarakat. Tradisi terkenal asal banten yang mengandung unsur Islam adalah debus. Debus dalam Bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing verhulu bundar. Debus merupakan kesenian bela diri yang berkembang sejak masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin.
Sebagai kerajaan Islam, Banten memiliki bangunan-bangunan bernuansa Islami seperti Masjid Agung Banten. Menara masjid Agung Banten memiliki bentuk unik karena mirip mercusuar. Menara tersebut dibangun atas perintah Sultan Haji pada 1629 Masehi oleh arsitek Belanda yang memeluk agama Islam bernama Hendrick Lucas Cardeel.
Gambar 5: Mesjid Agung
Sumber: id.wikipedia.org
Sumber:
- Magda Alfian, Dkk. 2007. Sejarah : Untuk SMA dan MA
Kelas XI Program IPS. Jakarta. Esis
- Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. 2017. Sejarah Indonesia Kelas XI Semester 1. (edisi Revisi).
Jakarta
- Danik Isnaini, Sri Pujiani. 2020. PR Sejarah Indonesia
untuk SMA dan MA kelas XI semester 1. Yogyakarta. PT Intan Pariwara
No comments:
Post a Comment