Tuesday, September 29, 2020

Kerajaan-Kerajaan Maritim Pada Masa Islam di Pulau Jawa

 A.   Kerajaan Demak

1.    Lokasi Kerajaan

Demak terletak di pesisir utara Pulau Jawa. Pada awalnya Demak merupakan kadipaten dari Majapahit. Kemungkinan, munculnya Kerajaan Demak bersamaan dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit.

2.    Kehidupan Pemerintahan

Raja-raja yang pernah memerintah pada kerajaan Demak adalah:

a.    Raden Patah. Merupakan pendiri kerajaan Demak pada awal abad XVI M.

b.    Pati Unus. Pati Unus menggantikan Raden Patah. Pati Unus sangat terinspirasi oleh Gajah Mada untuk menjadikan Demak sebagai kerajaan maritime seperti Majapahi. Pati Unus membangun Angkatan Laut yang kuar dan menyerang Malaka yang dikuasai Portugis. Penyerangan itu dilakukan karena keberadaan Portugis di Malaka dianggap merugikan perdagangan Demak.

c.    Sultan Trenggono. Demak mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Trenggono. Wilayah Demak meliputi sebagian besar pesisir utara Pulau Jawa. Bahkan meluas hingga ke Sukadana (Kalimantan Barat), Palembang, Jambi, dan Banjar (Kalimantan Selatan). Setelah Sultan Trenggono wafat, kerajaan Demak mengalami kemunduran.

Demak dilanda perang saudara antara Pangeran Prawoto (putra Sultan Trenggono) dan Arya Panangsang (Keturunan Pangeran Sekar Sedo Lepen, adik Sultan Trenggono). Dalam perselisihan itu, Arya Panangsang berhasil membunuh Sultan Prawoto. Selanjutnya, Arya Panangsang dibunuh oleh Hadiwijaya (Joko Tingkir) dari Pajang. Hadiwijaya merupakan menantu Sultan Trenggono. Hadiwijaya merebut tahta Demak dan memindahkan ibukota kerajaan Demak ke Pajang.

3.    Kehidupan Sosial

Perkembangan agama Islam di Demak secara otomatis memengaruhi kehidupan social masyarakatnya yang sebagian besar pemeluk agama Islam. Kondisi ini tidak lepas dari peranan anggota Wali Sanga seperti Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus. Keduanya memberi banyak saran bagi pemerintahan Demak dengan dasar hokum Islam sehingga Demak berkembang menjadi Negara teokrasi, yaitu Negara dengan dasar agama. Keduanya mengajak masyarakat Dekam agar tetap menghormati ajaran Hindu seperti melarang penyembelihan sapi saat berkurban. Tindakan tersebut dilakukan untuk tetap menjalin kerukunan dengan umat Hindu.

4.    Kehidupan Ekonomi

Perekonomian Demak menitik beratkan pada perdagangan maritime dan agraris. Pelabuhan Demak berkembang menjadi pelabuhan transito yang menghubungkan perdagangan internasional antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Demak banyak dikunjungi oleh pedagang asing yang ingin membeli rempah-rempah dari Maluku. Selain sektor maritime, sektor agraris juga berkembang di daerah pedalaman. Beras menjadi komoditas dagang Demak yang diunggulkan dari sektor agraris. Pada abad XVI Masehi Demak sebagai penghasil beras terbesar di Indonesia.

5.    Kehidupan Budaya

Budaya Islam di Demak berbeda dengan tradisi Islam di Arab. Pada masa kerajaan Demak, Sunan Kalijaga meletakkand dasar-dasar tradisi sekaten. Tradisi sekaten merupakan akulturasi antara tradisi Islam dan tradisi local masyarakat Jawa untuk perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW. Selain sekaten, upacara selamatan dan yasinan termasuk wujud akulturasi tradisi Islam, Hindu-Buddha dan lokal.

Hasil kebudayaan lainnya yang merupakan akulturasi adalah arsitektur masjid Agung Demak yang memiliki atap tumpang bertingkat tiga. Bentuk atap tersebut berupakan ciri bangunan asli masyarakat Jawa. 

B.   Kerajaan Mataram Islam

1.    Lokasi Kerajaan

Kerajaan Mataram Islam merupakan kelanjutan Kerajaan Demak dan Pajang. Pada awal berdirinya, pusat Kerajaan Mataram Islam berada di Kota Gede Yogyakarta. Sepeninggal Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mengalami kemunduran. Selanjutnya, Hadiwijaya (Joko Tingkir) dengan bantuan Ki Ageng Pamanahan berhasil merebut takhta Demak dan mendirikan kerajaan Pajang. Atas jasanya tersebut, Hadiwijaya menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Ageng Pamanahan. Dalam perkembangannya Mataram berubah menjadi kerajaan besar yang menggantikan kedudukan Kerajaan Pajang. 

2.    Kehidupan pemerintahan

Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Mataram Islam adalah:

a.    Ki Ageng Pamanahan (pendiri Mataram Islam).

b.    Panembahan Senopati. Panembahan Senopati berhasil memperluas wilayah kekuasaan Mataram Islam ke bagian barat pulau Jawa hingga Priangan Timur dan Kesultanan Cirebon. Hubungan antara Mataram dan Cirebon tidak disebabkan penaklukan, namun hubungan persahabatan.

c.    Pangeran Jolang. Pangeran Jolang menyempurnakan pembangunan tata kota di Kota Gede seperti pembuatan taman Danalaya, pembuatan kolam (segaran), dan komplek pemakaman Kota Gede. Pada tahun 1613 Pangeran Jolang wafat di tempat perburuan (Krapyak).

d.    Sultan Agung. Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Agung. Seluruh wilayah Jawa Timu, Jawa Tengah dan Madura mengakui kedaulatan Mataram. Untuk mewujudkan keinginannya menyatukan Pulau Jawa pada tahun 1628 dan 1629 Sultan Agung menyerang kedudukan VOC di Batavia. Akan tetapi, kedua serangan mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut disebabkan VOC berhasil menghancurkan gudang-gudang beras milik Mataram di Tegal dan Cirebon. VOC juga berhasil menghancurkan kapal-kapal yang akan digunakan untuk mengangkut pasukan Mataram ke Batavia.

Pada masa Sultan Agung wilayah kekuasaan Mataram dibagi menjadiempat, yaitu kutanegara, negara agung, mancanegara, dan pasisiran. Pada tahun 1645 Sultan Agung wafat dan terjadi beberapa kali pemberontakan dan perebutan kekuasaan.

3.    Kehidupan Sosial

Kehidupan social masyarakat Mataram Islam bersifat feudal. Dalam system feodalisme, derajat seseorang dalam masyarakat dinilai berdasarkan luas tanah yang dimiliki. System feodal di Mataram memunculkan struktur masyarakat baru berdasarkan atas penguasaan tanah. Struktur masyarakat tersebut terdiri atas bendoro (raja dan bangsawan), priayi (pegawai kerajaan), dan wong cilik (rakyat). Kehidupan masyarakat feodal berkaitan dengan hubungan patron clien (atasan-bawahan). Dalam hubungan ini raja sebagai patron harus mampu mengayomi rakyatnya dengan baik dan rakyat sebagai clien harus patuh dan setia kepada raja.

4.    Kehidupan Ekonomi

Perekonomian Kerajaan Mataram Islam didukung oleh sector agraris. Kondisi tanah yang subur menyebabkan hasil pertanian melimbah dan didukung jumlah tenaga kerja yang besar. Beras merupakan komoditas utama. Pada masa Sultan Agung, Kerajaan Mataram berusaha mengembangkan perekonomian maritime.sektor maritime dikembangkan melalui perdagangan di pelabuhan-pelabuhan pesisir utara Jawa seperti Jepara, Kendal dan Tegal.

5.    Kehidupan Budaya

Kebudayaan Jawa di Mataram berkembang pesat pada masa pemerintahan Sultan Agung. Pada masa itu muncul tradisi grebeg yang merupakan perpaduan anyara kebudayaan Hindu dan Islam. Para pujangga Mataram juga menulis beberapa karya Sastra yang diilhami oleh cerita Ramayana seperti kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata. Sultan Agung menulis kitab Sastra Gendhing yang menjelaskan tentang ajaran manunggaling kawula gusti atau bersatunya Tuhan dengan Manusia.

Pada masa Kerajaan Mataram Islam kebudayaan local dan Hindu-Buddha masih berkembang dalam masyarakat. Menghadapi kondisi tersebut Sultan Agung berusaha memasukkan nilai-nilai Islam dalam kebudayaan local dan Hindu-Buddha tanpa menghilangkan kemurnian ajaran Islam itu sendiri. Proses akulturasi terlihat pada pembuatan kalender Jawa yang menghubungkan tahun Hijriah dan tahun Saka.

Baca Juga: Kerajaan-Kerajaan Maritim pada masa Islam di Pulau Sumatera

C.   Kerajaan Banten

Sebelum mendapatkan pengaruh Islam daerah Banten berada di bawah kekuasaan Sunda Padjajaran yang bercorak Hindu. Akan tetapi, Fatahillah berhasil mengalahkan Portugis dalam pertempuran di Sunda Kepala, wilayah Banten menjadi kekuasaan Demak. Fatahillah kemudian mengangkat putranya, Maulana Hasanuddin sebagai pengasa Banten.

1.    Kehidupan Pemerintahan

Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Banten:

a.    Maulana Hasanuddin. Merupakan raja pertama Banten. Pada masa pemerintahannya, Banten berkembang menjadi pusat perdagangan penting di Selat Sunda. Maulana Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada di Lampung. Maulana Hasanuddin telah menciptakan dasar-dasar kemakmuran Banten sebagai pelabuhan lada. Selain Lampung, Jayakarta juga berhasil direbut Fatahillah dari tangan Portugis tahun 1527 yang menjadi kejayaan Kesultanan Banten.

b.    Maulana Yusuf. Dibawah kepemimpinan Maulana Yusuf , Kesultanan Banten berhasil menaklukan kerajaan Pajajaran di Pakuan, Jawa Barat.

c.    Sultan Ageng Tirtayasa. Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan system perdagangan maritime. Sultan Ageng Tirtayasa juga membangun armada angkatan laut yang kuat. Sultan Ageng Tirtayasa menjalin hubungan diplomatik dengan Negara-negara asing seperti Inggris, Prancis, Cina, Persia dan Arab. Sultan Ageng Tirtayasa juga menjalin hubungan diplomatik dengam sejumlah kerajaan Islam di Indonesia, seperti Aceh Darussalam, Makasar, Cirebon, dan Ternate. Hubungan diplomatik ini dilakukan untuk mencari dukungan guna melawan VOC yang berkuasa di Batavia.

2.    Kehidupan Sosial

Para ulama berperan menyebarkan ajaran Islam di Banten sehingga besar penduduk memeluk agama Islam. Masyarakat Banten menerapkan sikap toleransi dalam kehidupan beragama. Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, Kota Surosowan telah berkembang menjadi kota cosmopolitan yang dihuni berbagai etnik dan bangsa. Kota tersebut dihuni para pedagang asing. Orang India mendirikan pemukiman yang dikenal Kampung Keling, orang Arab membangun Kampung Pekojan dan orang Tionghoa mendirikan Kampung Pecinan.

3.    Kehidupan Ekonomi

Sejak abad XV Banten berperan sebagai pelabuhan penting yang masuk jaringan pelayaran dan perdagangan Jalur Sutra. Oleh karena itu, Sultan Ageng Tirtayasa terus membangun pelabuhan transito untuk menarik pedagang asing agar singgah di Banten. Banten juga mengembangkan perekonomian berbasis agraris. Sultan Ageng Tirtayasa membangun system irigasi besar-besaran. Kanal-kanal baru sepanjang 30-40 km dibangun dengan mempekerjakan 16.000 orang dan mampu mengairi sekitar 30.000 – 40.000 hektar persawahan baru dan ribuan perkebunan kelapa.

Pada abad XVI-XVII ladan Banten menjadi salah satu komoditas perdagangan yang memiliki nilai jual tinggi. Pada saat itu Banten merupakan salah satu daerah penghasil lada di Indonesia.

4.    Kehidupan Budaya

Pengaruh Islam di Kerajaan Banten terlihat dari berkembangnya ajara tasawuf, tarekat dan budaya Islam dalam masyarakat. Tradisi terkenal asal banten yang mengandung unsur Islam adalah debus. Debus dalam Bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing verhulu bundar. Debus merupakan kesenian bela diri yang berkembang sejak masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin.

Sebagai kerajaan Islam, Banten memiliki bangunan-bangunan bernuansa Islami seperti Masjid Agung Banten. Menara masjid Agung Banten memiliki bentuk unik karena mirip mercusuar. Menara tersebut dibangun atas perintah Sultan Haji pada 1629 Masehi oleh arsitek Belanda yang memeluk agama Islam bernama Hendrick Lucas Cardeel. 

Gambar 5: Mesjid Agung

Sumber: id.wikipedia.org

Sumber:

  1. Magda Alfian, Dkk. 2007. Sejarah : Untuk SMA dan MA Kelas XI Program IPS. Jakarta. Esis
  2. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017. Sejarah Indonesia Kelas XI Semester 1. (edisi Revisi). Jakarta
  3. Danik Isnaini, Sri Pujiani. 2020. PR Sejarah Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI semester 1. Yogyakarta. PT Intan Pariwara

No comments:

Post a Comment