A.
Kerajaan
Kediri
Kerajaan Kediri
merupakan kelanjutan dari Kerajaan Medang Kemulan yang didirikan oleh Mpu
Sindok dari Dinasti Isyana. Airlangga sebagai raja Medang Kemulan berperan
penting dalam pendirian kerajaan ini.
1.
Lokasi Kerajaan
Kerajaan Kediri terletak
di pedalaman Jawa Timur. Pada masa kini Kediri merupakan daerah yang termasuk
wilayah administrative Provinsi Jawa Timur. Letak kerajaan ini berada di dekat
Sungai Brantas. Pada masa pemerintahan Kerajaan Kediri Sungai Brantas menjadi
jalur pelayaran yang ramai. Kerajaan Kediri beribukota di Daha yang terletak di
tepi sungai Brantas. Daha juga dikelilingi tiga gunung api, yaitu Gunung Kelud,
Gunung Arjuno, dan Gunung Semeru.
2.
Sumber Sejarah
Kisah berdirinya kerajaan ini dimuat dalam prasasti Banjaran (1052 M) yang menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala. Sumber lainnya menjelaskan keberadaan kerajaan Kediri antara lain kitab Bharatayuda ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, berita Cina berjudul Lin-Mai-Tai-Ta karya Cho Ku Fei tahu 1178 Masehi, dan kitab Chu-Fan-Chi karya Chau-Ju-Kua.
3.
Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri
adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri, Samarawijaya selalu berselisih
dengan saudaranya. Mapanji Garasakan yang berkuasa di Jenggala. Dalam
perselisihan tersebut Samarawijaya berhasil menaklukkan Mapanji Garasakan.
Selanjutnya, kerajaan Kediri dipimpin oleh Jayabaya (1137-1157). Pada masa ini.
Kediri mencapai puncak kejayaan. Jayabaya berhasil menguasai kembali Jenggala
yang sempat memberontak dan ingin memisahkan diri. Keberhasilan Jayabaya
diberitakan dalam prasasti Hantang yang berangka tahun 1135.
Jayabaya juga
memerintahkan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh untuk mengubah kitab Bharatayuda. Dalam
kitab ini diceritakan pertikaian antara Jenggala dan Panjalu (Kediri). Oleh
karena itu, kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi Jayabaya untuk
memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas kerajaan Medang Kemulan. Untuk
menunjukkan kebesaran dan kewibawaannya, Jayabaya menyatakan diri sebagai
keturunan Airlangga dan titisan Dewa Wisnu. Selanjtnya Jayabaya mengenakan
lencana narasinga sebagai lambang
kerajaan Kediri.
Pada masa pemerintahan
Kertajaya (Prabu Dandang Gendis), Kediri mulai dilanda ketidakstabilan yang
disebabkan oleh kebijakan Kertajaya yang mengurangi hak-hak kaum brahmana.
Selain itu, kaum brahmana mengungsi ke wilayah Tumapel yang dikuasai Ken Arok. Melihat
kejadian ini, Kertajaya memutuskan menyerang Tumapel untuk memerangi kaum
brahmana dan Ken Arok. Akan tetapi, dalam pertempuran di Desa Ganter, pasukan
Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya terbunuh.
4.
Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Kediri
bersumber pada kegiatan pertanian dan perdagangan. Sektor pertanian
menghasilkan banyak beras dan menjadikannya sebagai komoditas perdagangan
utama. Kerajaan Kediri juga mengembangkan perekonomian maritime dengan cara
melakukan perdagangan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas.
Pedagangan Kediri
memiliki peran penting dalam perdagangan di wilayah Asia. Para pedagang
memperkenalkan rempah-rempah dalam perdagangan dunia. Para pedagang Kediri
membawa rempah-rempah ke sejumlah bandar di Indonesia bagian barat yaitu
Sriwijaya dan Ligor. Selanjutnya, rempah di bawa ke India untuk diangkut oleh
kapal-kapal Venesia menuju Eropa.
Kerajaan Kediri berperan memperkenalkan wilayah Maluku dalam aktivitas
perdagangan dunia.
5.
Kehidupan Sosial
Menurut prasasti
Banjaran, struktur masyarakat Kediri mirip dengan masyarakat Medang Kemulan.
Pada masa pemerintahan Jayabaya struktur pemerintahan Kerajaan Kediri sudah
teratur, masyarakat Kerajaan Kediri dibedakan menjadi tiga golongan sebagai
berikut:
a)
Golongan masyarakat
pusat (kerajaan) yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan kaum
kerabatnya serta kelompok pelayannya
b)
Golongan masyarakat thani (daerah) yaitu golongan masyarakat
yang terdiri atas para pejabat atau petugas oemerintahan di wilayah thani
c)
Golongan masyarakat
nonpemerintah yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan
hubungan dengan pemerintah secara resmi.
Masyarakat Kerajaan
Kediri hidup teratur dan berdampingan dengan baik meskipun dibedakan menjadi
beberapa golongan. Keteraturan tersebut dibuktikan dalam kitab Lubdaka yang
memuat ajaran moral bahwa tinggi rendahnya martabat manusia diukur dari tingkah
lakunya, bukan berdasarkan pangkat dan kedudukan. Menurut berita Cina,
masyarakat Kediri juga hidup berkecukupan. Rakyat Kediri pada umumnya memiliki
tempat tinggal dan pakaian yang baik.
6.
Kehidupan Budaya
Raja-raja Kediri sangat memperhatikan kemajuan
budaya. Pada masa pemerintahan Jayabaya (1135-1157) kitab Bharatayudha berhasil
di gubah Mpu Sedah dan Mpu Panuluuh. Selain itu, Mpu Panuluh menulis kitab
Hariwangsa dan Gatotkacasraya. Raja Jayabaya juga menyusun konsep ramalan yang
berjudul Jangka Jayabaya.
(Sumber: kumparan.com)
Pada masa pemerintahan
Kameswara (1182-1185) karya sastra berkembang pesat. Karya sastra yang
dihasilkan pada masa pemerintahan Kameswara antaralain kitab Smaradhahana yang
ditulis oleh mpu Dharmaja dan kitab Lubdaka dan Wertasabcaya yang ditulis Mpu
Tanakung. Bahkan pada masa ini dikenal cerita-cerita panji seperti panji
semirang. Pada masa pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu
Monaguna yang menulis kitab Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab
Kresnayana. Selain karya sastra, Kerajaan Kediri mewariskan benda-benda
peninggalan. Peninggalan kerajaan Kediri antara lain arca Buddha Vajrasatvva,
arca Chandra di candi Kepung, candi Gurah, dan komplek candi Tondowongso yang
ditemukan tahun 2007.
B.
Kerajaan
Singosari
Keberadaan kerajaan
Singosari tidak terlepas dari kerajaan Kediri. Setelah berhasil mengalahkan
Kediri di Desa Ganter, Ken Arok mendirikan kerajaan Singosari pada tahun 1222M.
1.
Lokasi Kerajaan
Lokasi kerajaan
Singosari diperkirakan berada di Malang, Jawa Timur. Kerajaan Singosari
beribukota di Tumapel. Pada awalnya Tumapel hanya sebuah wilayah kabupaten yang
berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri. Selanjutnya, wilayah tersebut mejadi
bagian kerajaan Kediri. Keberadaan sungai Brantas yang berhulu di Gunung Arjuno
memberi manfaat bagi kerajaan Singosari.
2.
Sumber Sejarah
Keberadaan Singosari
dibuktikan melalui candi-candi yang ditemukan di daerah Singosari hingga
Malang, Jawa Timur. Selain itu, keberadaan Singosari dijelaskan dalam kitab
Negarakertagama dan Pararaton.
3.
Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja pertama Singosari adalah
Ken Arok. Sebelum menjadi raja, adalah bupati di Tumapel. Kehidupan awal
politik Singosari diwarnai perselisihan. Setelah berkuasa selama lima tahun,
Ken Arok dibunuh oleh Anusapati. Anusapati kemudian menguasai pemerintahan di
Singosari. Pada masa pemerintahan Anusapati, Singosari kurang berkembang karena
hobi menyabung ayam. Kedudukan Anusapati digantikan oleh Tohjaya. Akan tetapi,
kepemimpinan Tohjaya tidak berlangsung lama karena diambil alih oleh
Ranggawuni. Pada masa pemerintahannya, Ranggawuni berhasil memperbaiki
kesejahteraan rakyat Singosari. Setelah wafat, Ranggawuni digantikan oleh
putranya, Kertanegara. Untuk menghormati jasa-jasa ayahnya, Kertanegara
mendirikan candi Jago.
Raja Pertama hingga raja
Ketiga Singosari tewas dengan cara dibunuh dengan menggunakan keris Mpu
Gandring. Kertanegara berhasil membawa Singosari mencapai puncak kejayaan
dengan gelar Maharajadiraja Sri Kertanegara. Selama memerintah, Kertanegara
dibantu oleh pejabat yang disebut mahamantri.
Jabatan mahamantri terbagi menjadi tiga yaitu Rakryan I Hino, Rakryan I Sirikan, dan Rakryan I Halu. Dibawah ketiga mahamantri
terdapat tiga orang pejabat yaitu Rakryan
Apatih, RAkryan Demung, dan Rakryan Kanuhuran. Dalam bidang keagamaan
terdapat pejabat yang disebut Dharmadhyaksa ring Kasogatan. Pejabat ini
bertugas mengurusi agama Buddha dan Dharmadyaksa ring Kasaiwan untuk agama
Hindu Syiwa.
Untuk mengatasi masalah
dalam negeri, Kertanegara mengganti atau memindahkan pejabat-pejabat yang
menentang kebijakan raja dan dianggap tidak loyal. Kertanegara menetapkan
kebijakan luar negeri yaitu gagasan Cakrawala Mandala. Pada tahun 1275 Kertanegara
mengirim pasukan ke Sumatera yang di kenal dengan Ekspedisi Pamalayu dengan
tujuan menaklukan Melayu untuk menghadang rencana perluasan wilayah kekuasaan
kaisar Kubilai Khan dari Mongol, Cina. Kerajaan Singosari juga berusaha menaklukan
Pahang, Sunda, Nalo. Bakupala (KalBar), dan Gurun (Maluku). Kertanegara membangun
hubungan persahabatan dengan Raja Campa dengan tujuan menghalangi pasukan
Mongol ke Jawa.
Masa pemerintahan
Kertanegara juga menandai kehancuran Singosari. Pelecehan Kertanegara terhadap
utusan Mongol menyebabkan Kubilai Khan marah dan mengirim pasukan untuk
menaklukkan Singosari. Akan tetapi, sebelum pasukan Mongol sampai ke Jawa,
Singosari sudah mengalami kehancuran karena serangan kerajaan Kediri yang
dipimpin oleh Jayakatwang. Pasukan Kediri berhasil memasuki istana dan membunuh
Kertanegara beserta pembesar istana.
4.
Kehidupan ekonomi
Penduduk kerajaan
Singosarai pada umumnya hidup bertani, berdagang dan membuat kerajianan tangan,
serta buruh dan pelayan. Kegitan berdagang dilakukan dalam lima hari pasaran. Selain
itu, ada pula perdagangan yang memanfaatkan jalur sungai dan kemudian
berkembanglah perekonomian maritime.
Untuk memajukan perekonomian
maritime kereajaan, Kertanegara membangun pusat-pusat perdagangan di tepi
sungai Brantas dan pelabuhan perdagangan di Pasuruan. Pedagang Singosari
leluasa mengadakan kontak perdagangan dengan pedagang asing. Pada saat itu
Singosari berhasil menguasai jalur perdagangan dari Selat Malaka di bagian barat
hingga Kepulauan Maluku di bagian timur. Komoditas yang diperdagangkan antara
lain beras, emas, kayu cendana, dan rempah-rempah.
5.
Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat
Singosari sangat ditentukan oleh perhatian raja-rajanya. Pada masa Ken Arok,
kehidupan cukup terjamin. Sepeninggal Ken arok, kesejahteraan rakyat menurun. Kondisi
ini terjadi karena konflik antar bangsawan kerajaan yang berlarut-larut. Keadaan
tersebut mulai membaik pada masa pemerintahan Ranggawuni. Bahkan, pada masa
pemerintahan Kertanegara kehidupan kerajaan semakin teratur. Raja Kertanegara
berusaha untuk menjaga stabilitas politik dan keamana dalam negeri Singosari dengan meningkatkan
taraf hidup rakyatnya.
6.
Kehidupan Budaya
Masyarakat Singosari
memiliki keahlian dalam memanfaatkan batu bata untuk membangun candi. Beberapa candi
peninggalan kerajaan Singosari antaralain candi Kidal, candi Jago, candi dan candi
Singosari. Seni patung di Singosari juga mengalami perkembangan. Hasil karya
patung misalnya patung Ken Dedes sebagai perwujudan dari Dewi Prajnaparamita (lambang
kesempurnaan ilmu) dan patung Joko Dolok sebagai perwujudan Kertanegara.
Pada masa pemerintahan
Kertanegara terdapat upaya menyatukan agama Hindu Syiwa dan Buddha Mahayana
menjadi agama Tantrayana. Pendeta yang
memimpin upacara agama Tantrayana disebut Dharmadyaksa.
Dalam perkembangannya, Tantrayana menjadi agama resmi kerajaan. Kondisi ini
terlihat dari kegiatan raja Kertanegara dan para pembesar instana yang sering
mengadakan upacara Tantrayana.
C.
Kerajaan
Majapahit
1.
Letak Geografis
Kerajaan Majapahit
berpusat di Trowulan, Jawa Timur. Pusat kerajaan Majapahit berada di tepi
sungai Brantas, keberadaan sungai Brantas memberikan manfaat bagi kerajaan
Majapahit.
2.
Sumber Sejarah
Berita mengenai
keberadaan kerajaan Majapahit disebutkan dalam kitab-kitab kuno seperti
Pararaton, NegaraKertagama, dan Sundayana. Selain itu, kitab Ying Yai yang
ditulis Ma Huan dan Kitab Suma Oriental yang ditulis oleh musafir Portugis
bernama Tome Pires yang menceritakan keadaan masyarakat dan Kota Majapahit pada
tahun 1418 dan 1518.
3.
Kehidupan Politik dan
Pemerintahan
Kerajaan Majapahit
memiliki hubungan kekeluargaan dengan kerajaan Singosari. Kerajaan Majapahit
didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara, raja terakhir
Singosari. Ketika kerajaan Singosari mengalami keruntuhan akibat pemberontakan
Jayakatwang pada tahun 1292, raden wijaya meloloskan diri ke Madura. Selanjutnya,
Raden Wijaya meminta bantuan Arya Wiraraja, seorang pejabat Singosari yang
disingkirkan oleh Kertanegara. Atas jamina Arya Wiraraja, Raden Wijaya mengabdi
kepada Jayakatwang. Atas pengabdiannya Raden Wijaya mendapat sebidang tanah di
hutan Tarik, Trowulan. Raden Wijaya kemudian membuka hutan dan menjadi desa
yang kemudian diberi nama Majapahit.
Pada tahun 1293 Raden
Wijaya menobatkan diri sebagai Raja Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa
Jayawardhana. Pada 1309 Raden Wijaya wafat dan dimakamkan di Anthapura. Raden wijaya
digantikan oleh putra nya bernama Jayanegara. Pemerintahan Jayanegara diwarnai
sejumlah pemberontakan pejabat istana. Pada tahun 1318 dan 1319 terjadi
pemberontakan yang membahayakan kedudukan raja. Pemberontakan tersebut dipimpin
oleh Ra Kuti dan Ra Semi. Pasukan Ra Kuti dan Ra Semi berhasil menduduki istana
Majapahit dan memaksa Jayanegara beserta keluarganya mengungsi ke Desa
Bedander.
Di tengah pemberontakan
tersebut, muncul tokoh Gajah Mada. Ia adalah komandan pasukan Bhayangkari,
yaitu pasukan pengawal raja yang bertugas melindungi Jayanegara saat dalam
pengungsian. Gajah Mada bersama pasukan Bhayangkari berhasil menumpas
pemberontakan Ra Kuti dan Ra Semi. Atas jasanya tersebut, Gajah Mada diangkat
menjadi patih di Kahuripan (1319-1321), kemudian di Daha (1322-1330).
Pada masa pemberintakan
Tribuwana Tunggadewi (1328-1350), Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih
Majapahit. Dalam upacara pelantikan sebagai mahapatih, Gajah Mada mengucapkan
sumpah yang sangat terkenal, yaitu Sumpah Amukti Palapa. Dalam sumpahnya, Gajah
Mada berjanji tidak akan menikmati kesenangan sebelum mampu menyatukan
kepulauan nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Untuk mewujudkannya, Gajah
Mada dan Majapahit membangun armada laut yang kuat di bawah pimpinan Laksamana
Nala.
Pada masa pemerintahan
Hayam Wuruk (1350-1389), Sumpah Palapa hamper terwujud. Pada tahun 1357 hampir
seluruh wilayah nusantara berhasil disatukan oleh Gajah Mada di bawah kekuasaan
Majapahit. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Patih Gajah
Mada, kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan. Dalam kitab Negarakertagama
dijelaskan pada masa Hayam Wuruk wilayah Majapahit meliputi Jawa, Sumatera,
Tanjungpura (Kalimantan), Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua, dan
Semenanjung Malaya. Majapahit juga menjalin hubungan baik dengan Negara-negara
seperti Siam, Campa, dan Cina.
Pada masa pemerintahan
Jayam Wuruk, Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi
yang teratur. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan memegang
otoritas politik tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan, raja dibantu
sejumlah pejabat pemerintah seperti:
a.
Rakryan Mahamantri Kartini
(biasanya di jabat oleh putra-putra raja) yang teridiri atas Mahamantri I Hino,
Mahamantri I Hulu dan Mahamantri I Sirikan.
b.
Rakryan Manrtri ri Pakira-kiran (Dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan). Jabatan
Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdiri atas:
·
Rakryan Mahapatih (panglima/Hamangkubumi)
·
Rakryan Tumenggung (panglima kerajaan)
·
Rakryan Demung (pengatur rumah tangga kerajaan)
·
Rakryan Kemuruhan (penghubung dan tugas-tugas protokoler)
·
Rakryan Rangga (pembantu panglima)
c.
Dharmadyaksa (pejabat hokum agama), terdiri atas Dharmadyaksa ring Kasaiwan (agama Hindu) dan Dharmadyaksa ring Kasogatan (agama Buddha).
d.
Dharma-upapatti (para pejabat keagamaan).
Selain pejabat-pejabat
tersebut, masih terdapat sejumlah raja daerah yang menduduki birokrasi
pemerintahan Majapahit. Raja daerah bergelar Paduka Bhattara (Bhre). Gelar
ini merupakan gelar tertinggi bangsawan di Majapahit. Para Paduka Bhattara memerintah
kerajaan-kerajaan kecil yang menjadi vassal
Majapahit. Oleh karena itu, posisi Paduka Bhattara diberikan kepada kerabat
dekat raja. Tugas Paduka Bhattara adalah mengelola wilayah kerajaan bawahan,
memungut pajak, dan mengirim upeti atau pajak ke kerajaan pusat.
Pada masa Hayam Wuruk, Kerajaan
Majapahit memiliki duabelas kerajaan bawahan yang diperintah oleh Paduka
Bhattara. Sementara itu, Majapahit terbagi dalam beberapa wilayah administrasi
yaitu:
a.
Bhumi yaitu wilayah kerajaan pusat yang dipimpin ileh raja
b.
Nagara yaitu wilayah kerajaan bawahan atau kapupaten yang dipimpin oleh
paduka bhattara atau gubernur
c.
Watak yaitu wilayah setingkat kecamatan yang dpimpin oleh wiyasa
d.
Wanua yaitu wilayah setingkat desa yang dipimpin oleh lurah
e.
Kabuyutan yaitu wilayah setingkat dusun kecil.
Hayam Wuruk wafat pada
tahun 1389 dan digantikan oleh putrinya Dyah Kusumawardhani yang didampingi
oleh suaminya Wikramawardhana (1389-1429). Pengangkatan Dyah Kusumawardhani
memicu perang saudara karena anak Hayam Wuruk dari istri selirnya, yaitu Bhre
Wirabumi menuntut tahta kerajaan Majapahit. Pertentangan ini menyebabkan perang
saudara yang dikenal dengan Perang Paregreg.
Sejak saat itu, satu per
satu wilayah bawahan Majapahit mulai melepaskan diri dengan cara tidak membayar
upeti. Kondisi ini menyebabkan mundurnya kerajaan Majapahit. Selai itu,
kemunduran kerajaan Majapahit disebaboak oleh:
a.
Terjadi perang saudara
(Paregreg)
b.
Tidak ada tokoh-tokoh
yang kuat di pusat pemerintahan yang dapat mempertahankan kesatuan wilayah
sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada
c.
Adanya nepotisme
d.
Tidak mampu melindungi
pusat-pusat perdagangan
e.
Banyaknya daerah-daerah
bawahan yang memisahkan diri
f.
Masuknya pengaruh Islam
4.
Kehidupan Ekonomi
Perekonomian masyarakat
Majapahit terbagi menjadi dua yaitu sector agraris dan maritime. Kegiatan Majapahit
tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sungai Brantas. Salah satu pelabuhan
utama Majapahit, yaitu Hujung Galuh dibangun di hilir Sungai Brantas. Bersama dua
pelabuhan lainnya yaitu Surabaya dan Tuban, Majapahit mengembangkan sektro
perdagangan maritime. Sebagai kerajaan maritime terbesar di Nusantara,
Majapahit menguasai pusat-pusat perdagangan yang strategis seperti Selat
Malaka, selat Sunda, Tanah Genting Kra, Laut Jawa, dan Kepulauan Maluku.
Untuk memperlancar
perdagangan, Majapahit memncetak mata uang sebagai alat pembayaran yang sah. Mata
uang tersebut dikeal dengan sebutan Kepeng atau gobog. Menurut berita Cina, mata
uang Majapahit dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam dan
tembaga. Pencetakan mata uang disebabkan oleh kegiatan ekonomi yang semakin
komplek. Oleh karena itu, dieprlukan uang pecahan kecil atau uang receh agar
dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi sehari-hari. Selain sector pertanian dan
perdaganganm pemerintah Majapahit memperoleh pendapatan dari sector pajak dan
upeti.
5.
Kehidupan Sosial
Penduduk Majapahit
terdiri atas penganut agama beragam. Meskipun demikian, rakyat Majapahit dapat
hidup rukun dan berdampingan. Raja Majapahit selalu berusaha agar ketentraman
masyarakatnya berjalan dengan baik. Keharmonisan rakyat Majapahit dituliskan
oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma dengan kalimat Bhinneka Tunggal Ika. Usaha
raja majapahit dalam menjaga kerukunan beragama perlu diteladani.
6.
Kehidupan Budaya
Kerajaan
Majapahit sangat memperhatikan seni budaya. Salah satu aspek budaya yang
berkembang adalah kesusastraan. Para raja Majapahit sangat peduli dengan
eksastraan. Berbagai karya sastra yang dihasilkan para pujangga Majapahit
antaralai:
a.
Kitab
Nagarakertagama karya Mpu Prapanca
menjelaskan tentang kerajaan Majapahit dan daerah bawahannya
b.
Kitab
Sutasoma karya Mpu Tantular
menjelaskan kerukunan hidup beragama di Majapahit. Dalam kita ini terdapat ungkapan Bhinneka Tunggal Ika
Tan Hana Dharma Mangrwa yang kemudian dikenal sebagai semboyan Republik
Indonesia.
c.
Kitab
Arjuna Wijaya karya Mpu Tantular menceritakan
tentang pertempuran antara raksasa dan Arjuna Sasrabahu.
d.
Kitab
Tantu Pagelaran menceritakan pemindahan
Gunung Mahameri ke Pulau Jawa oleh Dewa Brahma, Wisnu dan Syiwa
e.
Kitab
Panjiwijayakrama menceritakan riwayat
Raden Wijaya hingga menjadi raja Majapahit
f.
Kitab
Usana Jawa menceritakan penaklukan
Bali oleh Gajah Mada dan Aryadarma
g.
Kitab
Pararaton menceritakan riwayat
raja-raja Singosari dan Majapahit
h.
Kitab
Sundayana menceritakan peristiwa
Bubat
Seni
bangunan di Majapahit juga mengalami perkembangan pesat. Masyarakat Majapahit
mampu menciptakan tata ruang kota dan istana yang indah. Sebagian besar
bangunan di komplek istana kotaraja Majapahit tang berada di situs Trowulan
memiliki dinding batu bata, atap genting, dan saluran pembuangan dari pipa
tanah liat. Seni bangunan Majapahit juga terlihat pada beberapa candi yang
dibangun oleh raja-raja Majapahit seperti candi Penataran, Tegalwangi,
Sumberjati, Tikus, Brahu, Kedaton, gapura Wringin Lawang, dan Gapura Bajang
Ratu. Peninggalan-peninggalan tersebut saat ini masih dapat dilihat di
Trowulan, Jawa Timur.
Sumber:
- Magda Alfian, Dkk. 2007. Sejarah : Untuk SMA dan MA
Kelas XI Program IPS. Jakarta. Esis
- Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. 2017. Sejarah Indonesia Kelas XI Semester 1. (edisi Revisi).
Jakarta
- Danik Isnaini, Sri Pujiani. 2020. PR Sejarah Indonesia
untuk SMA dan MA kelas XI semester 1. Yogyakarta. PT Intan Pariwara
- Adara Primadia.2020. 15 Peninggalan Kerajaan Singasari dan Penjelasannya (#Terlengkap).Diakses 6 September 2020
- Histori.id. 2020. Kerajaan Majapahit. Diakses pada 6 September 2020
No comments:
Post a Comment