Setelah berhasil menemukan kepulauan
Indonesia, bangsa-bangsa Eropa saling menunjukkan keinginan untuk menancapkan
kolonialisme dan imperialism di Indonesia. Bangsa Eropa menerapkan kolonialisme
cukup lama adalah Belanda. Kolonialisme bangsa Belanda di Indonesia berawal
dari kongsi dagang Belanda yaitu Vereenigde
Oost Indische Compagnie (VOC). Dalam sejarah Indonesia, masa kekuasaan VOC
dianggap sebagai akar kolonialisme di Indonesia.
1. Pembentukan
VOC
Sejak kedatangannya pada 1596, bangsa
Belanda berusaha melakukan monopoli perdagangan di Indonesia. Beberapa pedagang
Belanda yang berhasil berlayar hingga Kepulauan Indonesia saling bersaing untuk
menerapkan monopoli perdagangan dan meraup keuntungan yang sebesar-besarnya.
Selain itu, kongsi dagang Belanda juga bersaing dengan kongsi dagang Inggris
yaitu East India Company (EIC).
Pada dasarnya, pembentukan VOC tidak
lepas dari campur tangan pemerintah Belanda. Pada masa itu Belanda sedang
berperang melawan Portugis dan Spanyol. Menurut pemerintah Belanda,
kongsi-kongsi dagang yang bersatu akan menjadi senjata dalam bidang militer dan
ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah BElanda berusaja meyakinkan agar
kongsi-kongsi dagang Belanda melebur menjadi satu organisasi.
Prints Maurits sebagai wali Negara Belanda dalam Staaten Generaal (parlemen) pun menyarankan agar antarkongsi dagang Belanda bekerja sama membentuk perusahaan dagang yang lebih besar. Atas saran Prints Maurits, pada 20 Maret 1602 Kerajaan Belanda membentuk organisasi perdagangan bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau persekutuan Dagang Hindia Timur.
Tujuan utama pembentukan VOC adalah
menghindari persaingan di antara para pedagang Belanda. Selain itu, VOC
dibentuk dengan tujuan berikut:
a.
Membantu
keuangan pemerintah Belanda
b.
Menyaingi
pedagang-pedagang dari bangsa lain
c.
Meperkuat
posisi sehingga dapat melaksanakan monopoli perdagangan
d.
Menjalankan
pemerintahan sebagai wakil pemerintah Belanda di Hindia Timur.
Selain sebagai organisasi dagang
Belanda, VOC dianggap sebagai organisasi multinasional pertama. Anggapan itu
muncul karena VOC tidak hanya dari Belanda, tetapi juga dari Jerman, Belgia,dan
beberapa bangsa lain di Eropa. Pada awal VOC dikelola olwh 73 orang. Dalam
perkembangannya, anggota VOC dikurangi menjadi 60 orang. Pengurus pusat VOC
terdiri atas tujuh belas orang yang disebut dengan de Heeren Zeventien of
Majors (Heeren Zeventien). Heeren Zeventien merupakan delegasi dari setiap
bagian (kamers) VOC. Proporsi delegasi VOC dalam Heeren Zeventien ditentukan
sesuai besar modal yang mereka bayarkan. VOC memiliki enam kamers, yaitu
Amsterdam, Middleburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoorn, dan Rotterdam.
Pada awal pembentukan VOC hanya
mengurusi masalah perdagangan Belanda di wilayah Hindia Timur (Indonesia).
Dalam perkembangannya, VOC bertindak sebagai sebuah Negara. VOC menjadi wakil
pemerintah Belanda di Indonesia. Dalam menjalankan perannya, VOC mendapatkan
wewenang dari pemerintah Belanda merupakan hak Oktroii. Hak Oktroii yang
dimiliki VOC sebagai berikut:
a)
Hak
mencetak uang
b)
Hak
memelihara angkatan perang
c)
Hak
menyatakan perang
d)
Hak
memerintah daerah yang diduduki
e)
Hak
melakukan perjanjian dengan raja-raja
f)
Hak
melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah
g)
Hak
mengangkat pegawai sendiri
Dengan hak oktroii, VOC tidak hanya
berperang sebagai perusahaan dagang, tetapi berperan dalam bidang militer dan
politik. Bahkan, VOC berhasil mengembangkan angkatan laut. Keberhasilan
tersebut terlihat saat Angkatan Laut VOC mampu menggeser kekuasaan Portugis di
Banten dan Ambon pada 1605. VOC juga berhasil merebut benteng Victoria di
Maluku.pada 1605, VOC membantu Sultan Baabullah mengusir Portugis dari Maluku.
Keberhasilan VOC di Maluku membuka
peluang bagi VOC untuk menerapkan monopoli di Maluku. Untuk merealisasikan upaya
tersebut, VOC menerapkan:
a)
Hongi
tochten
(Pelayaran Hongi), yaitu pelayaranpantai yang dilengkapi angkatan perang untuk
mengawasi para pedagang Maluku agar menjual rempah-rempah kepada pedagang lain
dan jika melanggar akan mendapat hukuman.
b)
Contingenten, yaitu kewajiban rakyat membayar
pajak dalam bentuk hasil bumi
c)
Ekstirpasi, yaitu menebang tanaman rempah-rempah
penduduk agar produksi rempah-rempah tidak berlebihan dan menstabilkan harga
rempah-rempah
Keberhasilan VOC dalam memperluas wilayah kekuasaan justru menyebabkan Heeren Zeventien kewalahan dalam mengurus keorganisasian VOC. Heeren Zeventien memutuskan membentuk kelembagaan bari yakni menunjuk gubernur jenderal yang bertugas mengendalikan kekuasaan. Gubernur jenderal VOC pertama adalah Pieter Both. Tindakan Pieter Both selama menjadi gubernur jenderal adalah:
a)
Membangun
pos perdagangan di Banten dan Maluku
b)
Mengadakan
perjanjian dan berusaha memengaruhi pengasa Maluku
c)
Memasuki
wilayah Jayakarta dan menjalin hubungan baik dengan penguasa Jayakarta
d) Membeli tanah seluas 50x50 vadem (1 vadem = 182cm) di Jayakarta. Tanah ini menjadi cikal bakal kota Batavia.
Gambar 2: Pieter Both
(Sumber id.wikipedia.org)
Untuk membantu gubernur jenderal,
Heeren zeventien membentuk sebuah dewan bernama Raad van Indie. Raad van Indie
bertugas memberi saran dan masukan kepada gubernur jenderal.
2. Perkembangan
VOC
Hingga 1619 VOC telah melakukan tiga kali pergantian posisi gubernur jenderal. Gubernur jendral Jan Pieterzoon Coen memiliki tugas berat yaitu merebut Jayakarta dari kekuasaan Banten. Pada 30 Mei 1619 pasukan Jan Pieterzoon Coen berhasil menguasai Jayakarta dan membakar isi Kota Jayakarta. Dan Coen membangun kota baru yang kemudian dikenal dengan Batavia. Sejak saat itu, Batavia menjadi pusat kekuasaan VOC.
Gambar 3 Jan Pieterzoon Coen (Sumber : id.wikipedia.org) |
Untuk memperluas kekuasaan, VOC
memanfaatkan konflik-konflik pribumi. Kerjasama dalam hal konflik-konflik biasanya
menyebabkan penguasa pribumi bergantung pada VOC. Selama berada di
Indonesia, VOC menjalankan kekuasaannya dengan beberapa cara berikut:
a)
Melakukan
contingenten, yaitu kewajiban rakyat
membayar pajak berupa hasil bumi
b)
Menerapkan
verplichte leverentie, yaitu
kewajiban rakyat menyerahan pajak berupa hasil bumi di daerah yang tidak
dikuasai VOC
c)
Melaksanakan
preanger stelsel, yaitu kewajiban
bagi rakyat untuk menanamam kopi di daerah Priangan
d)
Menjalin
kerjasama dengan pemerintah tradisional untuk mempermudah penaklukan wilayah
Pada 1641 VOC berhasil menggantikan
posisi Portugis di Malaka. Keberhasilan tersebut menyebabkan kedudukan VOC di
wilayah Indonesia bagian barat semakin kuat. Selanjutnya pada 1667 VOC berhasil
memaksa Sultan Hassanuddin, penguasa Makasar, menyerah dan menandatangani
perjanjian Bongaya. Perjanjian Bongaya menandai kekuasaan VOC di Makasar.
Kekuasaan VOC makin meluasi ketika Raja Sulaiman terpaksa memberikan hak
monopoli dagang bagi VOC. Kekuasaan VOC meluas hingga ke Papua.
Untuk mengawasi kegiatan monopoli
perdagangan di beberapa wilayah, VOC menjalankan pelayaran Hongi. Untuk memperkuat
kedudukannya, VOC mendirikan benteng pertahanan seperti benteng Duuestede di
Saparua, benteng Nassau di Banda, benteng Orange di Ternatem dan benteng
Rotterdam di Makasar.
Pada daerah jajahan, VOC juga mengatur
kegiatan dan pemerintahan. Tindakan inilah yang menjadi akar kolonialisme dan imperialism
di Indonesia. VOC sanggup membangun jaringan perdagangan antarkantor di Asia. Perdagangan
di kawasan Asia sendiri menghasilkan keuntungan besar bagi VOC sepanjang abad
ke XVII dan XVIII. Besarnya kantor-kantor VOC di Asia mengakibatkan direksi VOC
menyatakan perdagangan di semua kantor dagang VOC dibagi menjadi tiga golongan
yaitu:
a)
Kegiatan
dagang yang dimiliki VOC karena berhasil merebut daerah yang bersangkutan
dengan kekuatan militer.
b)
Kegiatan
dagang yang dilakukan berdasarkan perjanjian-perjanjian eksklusif. Contoh VOC
melakukan perjanjian dengan sultan Ternate dan masyarakat Ambon.
c)
Kegiatan
dagang dilakukan setelah tercapai kesepakatan dengan raja-raja atau
bangsa-bangsa Asia atas dasar berdiri sama tinggi duduk sama rendah.
3. Pembubaran
VOC
VOC mencapai masa kejayaan pada abad
ke 17 dan abad ke-18. Di balik kejayaan tersebut, VOC mempunyai berbagai
permasalahan. Banyaknya wilayah kekuasaan VOC menyulitkan pejabat tinggi VOC
dalam melakukan pengawasan. Selain itu, Batavia sebagai pusat kekuasaan VOC di
Indonesia semakin ramai dan padat penduduk.
Pada 27 Maret 1749 parlemen Belanda
mengeluarkan undang-undang yang menetapkan Raja Willem IV sebagai pemimpin
tertinggi VOC. Dengan ketentuan tersebut, Heeren Zeventien harus bertanggung
jawab pada raja. Raja juga berkedudukan sebagai panglina tertinggi angkatan
perang VOC. Struktur organisasi ini menyebabkan pengurus VOC lebih dekat dengan
raja daripada pemegang saham.
Sejak 1673 VOC memiliki banyak hutang.
Keuntungan yang diperoleh VOC mengalami penurunan yang disebabkan oleh besarnya
pengeluaran pemerintah Belanda untuk membiayai serangkaian perang. Anggaran semakin
besar ketika penggurus VOC menerapkan feodalisme dalam menjalankan
pemerintahan. Selain itu, pegawai VOC memiliki kegemaran bergaya hidup mewah
dan berupaya memperkaya diri. Akibatnya beban utang VOC semakin berat dan
berujung pada kebangkrutan.
Akibatnya, berbagai kondisi buruk yang
dialami VOC, saham dan daerah kekuasaan VOC diambil alih oleh pemerintah
Belanda. Tindakan pemerintah Belanda ini dilakukan untuk menutup utang-utang
VOC. Pada 31 Desember 1799 pemerintah Belanda resmi membubarkan VOC.
Daftar Bacaan
1.
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2017. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1.
Jakarta, Kemendikbud.
2.
I
Wayan Badrika. 2006. Sejarah untuk SMA
kelas XI Program Ilmu Sosial. Jakarta.Penerbit Erlangga
3.
Magdalia
Alfian dkk. 2007. Sejarah untuk SMA dan
MA kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta. ESIS
4.
Magdalia
Alfian dkk. 2007. Sejarah untuk SMA dan
MA kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta. ESIS
5.
Ringo
Rahata dkk. 2019. Pegangan Guru; PR
Sejarah Indonesia Buku SMA/MA/SMK/MAK kelas XI semester 1. Yogyakarta. PT
Intan Pariwara
6.
Danik
Isnaini dan Sri Pujiani. 2020. Pegangan
Guru; PR Sejarah Indonesia Buku SMA/MA/SMK/MAK kelas XI semester 1. Yogyakarta.
PT Intan Pariwara
No comments:
Post a Comment