A.
Kerajaan Sriwijaya
1.
Lokasi Kerajaan
Sriwijaya dikenal
sebagai sebuah kerajaan besar. Terletak di lokasi strategis dekat selat Malaka
yang merupakan jalur perdagangan yang sangat ramai dan menghubungkan antara
pedagang Cina, India bahkan Romawi. Dari tepian sungai Musi, Sumatera Selatan,
selat Sunda, Selat Bangka, Laut Jawa bagian barat, Bangka, Jambi hulu,
semenanjung Malaya hingga ke Tanah Genting. Sriwijawa dikenal sebagai kerajaan
Maritim
2.
Sumber sejarah
a)
Berita Asing
Berita Arab –
banyak pedagang Arab yang melakukan kegiatan di Kerajaan Sriwijaya. Orang-orang
Arab menyebut kerajaan Sriwijaya sebagai Zabaq, Sabay, atau Sribuza
Berita India – pernah menjalin hubungan degan raja-raja kerajaan Nalanda dan Chola. Dalam prasasti Nalanda adanya kerjasama pertukaran pelajar. Hubungan dengan Kerajaan Chola retak ketika Raja Rajendra Chola ingin menguasai Selat Malaka
Berita
Cina – pedagang Cina
sering singgah di Kerajaan Sriwijaya untuk meneruskan perjalaan menuju India
dan Romawi. Dalam berita Cina pun
disebutkan Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih untuk nama Sriwijaya.
b) Berita Dalam
Negeri
·
Prasasti : Kedukan
Bukit, Talang Tuo, Kota Kapur, Telaga Batu, Karang Berahi, Ligor, Nalanda
·
Candi-candi
·
Bekas bangunan vihara
·
Artefak dalam bentuk
keramik dan tembikar
3.
Kehidupan Politik
Pada awalnya Sriwijaya
hanya berupa kerajaan kecil. Prasasti Kedukan Bukit tertulis pada tanggal 16
Juni 682 M yang menceritakan perjalanan Dapunta Hyang Sri Jayanasa membangun
sebuah wanua (perkampungan). Wanua tersebut berkembang menjadi
kerajaan Sriwijaya. Perkampungan tempat berdirinya Sriwijaya, kini dikenal
dengan nama Palembang.
Eksistensi kerajaan
Sriwijaya juga tercatat dakan catatan I-Tsing. Menurut I-Tsing, pada tahun 671M
di sekitar Selat Malaka terdapat tiga kerajaan besar, yaitu Sriwijaya, Melayu
dan Kedah. Akan tetapi saat I-Tsing mengunjungi Sriwijaya pada 685, kerajaan
Melayu dan Kedah sudah menjadi bawahan Sriwijaya. Pada masa Dapunta Jyang Sri
Jayanasa (671-702) Kerajaan Sriwijaya berhasil menaklukkan daerah Minangatamvan
yang sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Melayu. Daerah ini
memiliki arti strategis dalam ekonomi karena terletak pada jalur pelayaran dan
perdagangan di Selat Malaka.
Setelah menguasai
Minangatamvan, Kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai Kerajaan Tarumanegara dan
Kerajaan Kalingga di Jawa. Politik ekspansi yang dilancarkan Dapunta Hyang
telah menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritime yang berpengaruh
di wilayah Selat Malaka. Kerajaan Sriwijaya juga mampu mengendalikan jalur
perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, Laut Jawa,
dan Selat Karimata.
Kekuasaan raja di
Sriwijaya bersifat mutlak. Berdasarkan prasasti Telaga Batu (683), pemerintahan
di Kerajaan Sriwijaya dibagi menurut jabatan seperti menteri, bupati, panglima,
pembesar, pegawai istana, hakim dan kepala pasukan. Seluruh pejabat di
Sriwijaya dipilih dan diberhentikan sesuai kehendak raja.
Kerajaan Sriwijaya
merupakan kerajaan besar yang megah dan jaya dimasa lalu. Tidak semua raja yang
memerintah meninggalkan prasasti.
Dapunta Hyang – diketahui dari Prasasti Kedukan Bukit. Berhasil memperluas
wilayah sampai ke Jambi dengan menduduki Minangatamwan. Mencita-citakan
kerajaan maritim
Balaputra Dewa – kerajaan Sriwijaya mengalami puncak kejayaan. Sebelumnya
merupakan raja di Kerajaan Syailendra (Mataram), karena mengalami kekalahan
lari ke Sriwijaya. Balaputra Dewa meningkatkan kegiatan pelayaran dan
perdagangan. Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat penyebaran agama Budha di Asia
Tenggara. Pada tahun 860 Balaputradewa pernah mengadakan hubungan persahabatan
dengan Raja Dewapaladewa dari India. Dalam Prasasti Nalanda disebutkan bahwa
Raja Dewapaladewa menghadiahkan sebidang tanah untuk pembangunan biara bagi
para pendeta Sriwijaya yang belaaj agama Buddha di India.
Sanggrama
Wijayattunggawarman – pada masa pemerintahannya Sriwijaya mengalami ancaman dari
kerajaan Chola. Sanggrama Wijayattunggawarman di tawan.
4.
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya berkembang
sebagai kerajaan maritime yang menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan
internasional di Asia Tenggara. Sriwijaya berkembang menjadi pelabuhan transito
yang ramai disinggahi kapal asing untuk mengambil perbekalan serta melakukan
aktifitas perdagangan. Kerajaan Sriwijaya memperoleh banyak keuntungan dari
komoditas ekspor dan pajak kapal asing yang singgah di pelabuhan-pelabuhan
Sriwijaya.
Perkembangan Sriwijaya
menjadi kerajaan Maritim terbesar di Asia Tenggara dipengaruhi beberap factor
yaitu;
a.
Letak strategis di jalur
perdagangan internasional
b.
Kemajuan pelayaran dan
perdagangan antara Tiongkok dan India melalui Asia Tenggara
c.
Keruntuhan Kerajaan
Funan di Indo-Cina. Runtuhnya kerajaan Funan memberikan kesempatan bagi
Sriwijaya untuk berkembang sebagai negara maritime menggantikan kerajaan Funan.
d.
Kemampuan Angkatan Laut
Sriwijaya dalam melindungi pelayaran dan perdagangan di perairan Asia Tenggara.
Beberapa barang yang
menjadi komoditas ekspor Sriwijaya antaralain:
a.
Barang ekspor ke Arab antaralain
kayu gaharu, kapur barus, kayu cendama, gading, timah, kayu ulin,
rempah-rempah, dan kemenyan.
b.
Barang ekspor ke Cina
Antara lain gading, air mawar, kemenyan, buah-buahan, gula putih, gelas, kapur
barus, batu karang, pakaian, cula badak, wangi-wangian, bumbu masak, dan
obat-obatan.
Sebagai kerajaan
maritime, kerajaan Sriwijaya menggunakan perahu sebagai sarana transportasi
utama. Prasasti Kedukan Bukit menjelaskan bahwa Kerajaan Sriwijaya sudah
mengadakan hubungan dagang dengan India dan Cina. Utusan dari Cina dan India
datang ke Sriwijaya menggunakan perahu sebagai alat transportasi. Fakta
tersebut diperkuat oleh sumber-sumber Cina mengenai keberadaan kapal Kun Lun
(kapal Melayu). Kapal tersebut mampu mengangkut hingga 1000 orang. Pierre Yves
Manguin berpendapat bahwa Kerajaan Sriwijaya telah menggunakan kapal besar
dalam kegiatan perdagangan di Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan.
5.
Kehidupan Sosial
Kerajaan Sriwijaya
memiliki susunan masyarakat yang cukup komplek. Kehidupan masyarakat Sriwijaya
dipengaruhi oleh ajaran Buddha Mahayana. Hubungan antara raja dan rakyat
berlangsung harmonis. Keharmonisan tersebut tertulis pada beberapa prasasti.
Prasasti Talang Tuo yang berangka tahun 684 menggambarkan ritual Buddha untuk
memberkati peresmian taman Sriksetra.
Taman tersebut dianggap sebagai anugrah dari Maharaja Sriwijaya untuk
rakyatnya.
6.
Kehidupan Budaya
Salah satu tahap penting
dalam kebudayaan Sriwijaya adalah penggunaan Bahasa Melayu. Pada abad ke VII M,
Bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai Bahasa resmi Sriwijaya. Hubungan
dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa di Indonesia menjadi sarana
penyebaran Bahasa Melayu. Bahasa melayu menjadi alat komunikasi bagi kaum
pedagang. Sejak saat itu Bahasa Melayu menjadi lingua franca dan digunakan secara
luas oleh banyak penutur di Indonesia.
Meskipun dianggap
sebagai sebagai kerajaan maritime terbesar di Asia Tenggara, Sriwijaya hanya
meninggalkan sedikit monument di Sumatera. Candi Muara Takus merupakan salah
satu bukti keberadaan Sriwijaya. Selain candi Muara Takus, candi peninggalan
Sriwijaya yaitu candi Muaro Jambi, dan Biaro Bahal. Candi-candi tersebut
terbuat daru bata merah. ‘
Kerajaan Sriwijaya juga
meninggalkan banyak arca Buddha. Arca Buddhisme pada masa Sriwijaya antara lain
arca Buddha di Bukit Siguntang (Palembang) dan arca-arca Bodhisatwa
Awalokiteswaradi Bidor, Jambi (28 buah), Perak (29 buah), serta Chaiya (30
buah). Semua arca tersebut menampilkan keanggunan langgam (gaya seni) Sriwijaya
yang diperkirakan terpengaruh oleh langgam Amarawati dari India Selatan
7.
Faktor
kemunduran Sriwijaya
a)
Adanya serangan dari
Jawa Timur yang dilakukan oleh Dharmawangsa Tegug pada tahun 992 M
b)
Serangan dari Kerajaan
Cola yang dipimpin oleh Raja Rajendracoladewa pada tahun 1071 M. Akibat
serangan ini, wilayah Semenajung Melayu berhasil dikuasai Kerajaan Cola
c)
Negara-negara taklukan
melepaskan diri
d)
Pengaruh kekuasaan
Singosari yang melaksanakan Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin oleh Raja
Kertanegara.
e)
Serangan dari Majapahit
tahun 1477
f)
Kemunculan kerajaan
Samudera Pasai
g)
Pendangkalan beberapa
sungai dan pantai yang menjadi jalur perdagangan Sriwijaya. Akibatnya banyak
kapal dagang besar tidak bias singgah ke Sriwijaya.
B.
Kerajaan
Mataram Kuno
1.
Lokasi Kerajaan
Kerajaan Mataram Kuno
terletak di Jawa Tengah yang wilayah kekuasaannya terbentang di tiga daerah,
yaitu Kedu, Yogyakarta dan Surakarta. Dikelilingi oleh pegunungan dan
gunung-gunung. Wilayah yang tertutup dan subur. Sebelah selatan adalah Lautan
Indonesia namun sulit untuk dilayari, dan pelayaran lebih banyak di pantai
utara Jawa. Mata pencaharian utama penduduk adalah bertani karena laut jauh
dari kerajaan Mataram. Wilayah kekuasaan Mataram Kuno disebut Bhumi Mataram.
Di antara jajaran gunung
dan pegunungan tersebut mengalir sungai-sungai besar seperti Sungai Bogowonto,
Sungai Progo, Sungai Elo, dan Sungai Bengawan Solo. Kerajaan Mataram merupakan
kerajaan bercorak Hindu-Buddha karena di perintah oleh dua dinasti berbeda,
yakni Dinasti Sanjaya beragam Hindu dan Dinasti Syailendra beragama
Buddha. . Keberadaan dua dinasti mataram kuno tercatat dalam prasasti Kalasan
dan Balitung yang isinya:
a)
Penguasa tertinggi
kerajaan adalah dinasti Syailendra
b)
Keluarga dinasti Sanjaya
diakui sebagai raja dan memerintah berdampingan dengan raja-raja dari dinasti
Syailendra
c)
Candi-candi di Jawa
Tengah bagian utara bersifat hindu dan di Jawa Tengah bagian selatan bersifat
Budha
d)
Tampak telah terjadi
pembagian wilayah
2.
Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Informasi mengenai
berdirinya Kerajaan Mataram Kuno tercantum dalam prasasti Canggal. Kerajaan
Mataram Kuno didirikan oleh Sanaha, cucu ratu Sima penguasa Kalingga. Setelah
Sanaha wafat, Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh Sanjaya. Sanjaya mendirikan
dinasti Sanjaya yang beragama Hindu beraliran Syiwa.
Sepeninggal Sanjaya,
kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh Rakai Panangkaran, putra Sanjaya. Pada masa
pemerintahan Rakai Panangkaran agama Buddha di wilayah Mataram mulai
berkembang. Pada masa ini, dinasti Syailendra yang beragama Buddha sudah terbentuk
dan mulai memainkan peranan dibidang politik. Atas permohonan Raja Syailendra,
pada 778 Rakai Panangkaran yang beragama Hindu membangun candi Kalasan yang
bercorak Buddha di daerah Kalasan, Yogyakarta. Tindakan Rakai Panangkaran ini
menunjukkan sikap menghargai dan mengutamakan sikap toleransi dalam kehidupan
beragama.
Menurut prasasti
Mantyasih, Rakai Panunggalan berkuasa setelah Rakai Panangkaran. Selama
berkuasa di Mataram, Rakai Panunggalan membangun banyak candi megah seperti
candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, candi Mendut, dan Candi Borobudur. Candi
Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833).
Pada tahun 850 Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya membuat kesepakatan dengan
Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra untuk menggabungkan kedua kerajaan.
Rakai Pikatan melakukan pernikahan politik dengan Pramodawardhani (putri
Samaratungga). Setelah Samaratungga wafat, Rakai Pikatan menjadi penguasa
tunggal di Mataram.
Pada masa kekuasaan
Rakai Dyah Balitung struktur pemerintahan kerajaan disempurnakan. Ia membentuk
tiga jabatan penting di bawah raja yang
disebut mahamantri yaitu Rakryan i Hino
sebagai tangan kanan raja, Rakryan I Halu
dan Rakryan I Sirikan. Berdasarkan
prasasti Mantyasih, Kerajaan Mataram memiliki struktur birokrasi sebagai
berikut:
a.
Pusat kerajaan yaitu
daerah ibukota kerajaan. Pada daerah ini terdapat istana Sri Maharaja, tempat
tinggal putra raja dan kaum kerabat dekat, para pejabat tinggi kerajaan serta
abdi dalem.
b.
Watak yaitu daerah yang
dikuasai oleh pejabat kerajaan
c.
Wanua yaitu desa-desa
yang diperintah oleh para pejabat desa (rama)
Penguasa terakhir
kerajaan Mataram Kuno adalah Mpu Sindok. Mpu Sindok memindahkan pusat
pemerintahan Mataram ke jawa Timur. Pemindahan dilakukan karena pusat kerajaan
mengalami kehancuran akibat letusan gunung Merapi. Selain itu, ancaman dari
Kerajaan Sriwijaya terus mengintai. Di Jawa Timur, Mpu Sindok membentuk Dinasti
Isyana dan mendirikan kerajaan Medang Kemulan.
3.
Kehidupan Ekonomi
Kerajaam Mataram Kuno
merupakan kerajaan agraris yang mengandalkan pertanian, pelayaran sungai dan
perdagangan laut yang dikembangkan melalui sungai Bengawan Solo. Raja Dyah
Balitung membangun pusat-pusat perdagangan disekitar Bengawan Solo. Penduduk di
sekitar aliran sungai diperintahkan untuk menjaga dan menjamin kelancaran arus
lalu lintas perdagangan. Sebagai imbalan, penduduk sekitar Sungai Bengawan Solo
dibebaskan dari pungutan pajak.
Penduduk Mataram Kuno
juga melakukan perdagangan di pasar-pasar yang terletak di pusat kota atau
desa. Kegiatan di pasar-pasar tersebut tidak dilakukan setiap hari, tetapi
secara bergiliran menitit penanggalan kalender Jawa Kuno (kliwon, legi, pahing, pon, dan wage).
Sumber penghasilan lain
dari kerajaan Mataram Kuno dadalah pajak hasil bumi, pajak perdagangan, pajak
usaha kerajinan, serta denda-denda akibat tindakan pidana. Pajak-pajak itu
disebut sebagai drawya haji yang
berarti milik raja. Pajak ditarik oleh pejabat di tingkat watak yang membawahi beberapa desa. Selanjutnya, para penguasa
daerah seperti rakai dan pamgat mempersembahkan hasil pajak
kepada raja setiap selesai panen (dua kali setahun). Pejabat pemungut pajak
ditingkat watak adalah Panurang. Adapun di pusat kerajaan, pajak diurus oleh Pankur, Tawan dan Tirip. Pajak yang dibayarkan dalam bentuk hasil bumi dan yang pada
bulan Caitra (Maret-April), dan Asuji (September-Oktober).
4.
Kehidupan Sosial
Raja merupakan puncak
stratifikasi social dalam masyarakat Mataram Kuno. Raja beserta keluarganya
tinggal di istana. Menurut berita Cina, istana kerajaan Mataram Kuno
dikelilingi dinding dari batu bata dan kayu. Di luar dinding istana terdapat
kediaman para pejabat tinggi kerajaan beserta keluarganya. Mereka tinggal dalam
perkampungan khusus di sekitar istana. Para budak dan hamba yang dipekerjakan
di istana juga tinggal di tempat ini. Selanjutnya, di luar dinding kota
terdapat perkampungan rakyat yang merupakan kelpmpok terbesar. Mereka hidup di
desa-desa yang disebut wanua. Tempat tinggal ini sesuai dengan struktur
birokrasi kerajaan Mataram kuno.
Raja memberikan
penghargaan kepada orang-orang yang telah berjasa kepada kerajaan. Raja akan
memberikan tanah kepada mereka untuk dikelola. Pada umumnya tanah tersebut
berupa hutan yang kemudian dibuka menjadi pemukiman baru. Selanjutnya, orang
yang diberi tanah diangkat menjadi penguasa di daerah tersebut. Ia bias
berkuasa sebagai akuwu (kepala desa), senopati, atau adipati (kepala daerah).
5.
Kehidupan Budaya
Kerajaan Mataram Kuno
diperintah oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra yang
memiliki kebudayaan yang berbeda. Dinasti Sanjaya beragama Hindu Syiwa berkuasa
di utara dan Dinasti Syailendra beragama Buddha Mahayana berkuasa di Selatan.
Kedua agama tersbeut hidup berdampingan. Adanya pernikahan antara Rakai Pikatan
(Sanjaya) dan Pramodawardhani (Syailendra) bertujuan untuk menjaga toleransi
kehidupan di antara pemeluk agama Hindu-Buddha di Mataram.
Masyarakat Mataram Kuno memiliki kebudayaan cukup maju. Berbagai peninggalan fisik masih dapat ditemui antara lain Candi Borobudur, Candi Prambanan, candi Kalasan, candi Plaosan, candi Sambisari, komplek keratin Ratu Boko, dan candi Mendut. Kerajaan Mataram Kuno juga mewariskan beberapa prasasti antaralain prasasti Canggal (732), prasasti Kelurak (782), dan prasasti Mantyasih (907). Prasasti tersebut ditulis menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sanskerta. Keberadaan prasasti ini menunjukkan bahwa masyarakat Mataram Kuno sudah mampu menguasai teknik penulisan dengan huruf Pallawa dan Bahasa Sanskerta.
Sumber:
- Magda Alfian, Dkk. 2007. Sejarah : Untuk SMA dan MA Kelas XI Program IPS. Jakarta. Esis
- Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017. Sejarah Indonesia Kelas XI Semester 1. (edisi Revisi). Jakarta
- Danik Isnaini, Sri Pujiani. 2020. PR Sejarah Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI semester 1. Yogyakarta. PT Intan Pariwara
- Gamal Thabroni. 2020. Kerajaan Mataram Kuno: Sejarah, Peninggalan, dsb (Lengkap). Diakses pada 2 September 2020
- Gamal Thabroni.2020. Kerajaan Sriwijaya: Sejarah, Peninggalan, Silsilah, (Lengkap). Diakses pada 2 September 2020
No comments:
Post a Comment