Bom atom sekutu yang mengancurkan Hiroshima 1945 (Sumber: Liputan6.com)
1. Periode
Akhir Pendudukan Jepang
a. Jepang
Menyerah kepada Sekutu
Sejak 1944 kekuatan Jepang dalam Perang Dunia II (Perang Asia Timur Raya/Perang Pasifik) mulai lemah. Jelang mengalami kekalahan dalam berbagai peperangan melawan Sekutu (terutama Amerika Serikat) di front Asia-Pasifik. Kondisi tersebut mendorong Jepang mengubag siasat dan kebijakan di daerah-daerah kekuasaannya, termasuk Indonesia. Salah satu siasat yang ditetapkan Jepang di INdonesia pada masa itu adakah janji kemerdekaan bagi rakyat Indonesia.
Pada 7 September 1944 Perdana Menteri Kuniaki Koiso secara resmi mengumumkan "janji kemerdekaan Indonesia di kemudian hari" dalam sidang Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang) di Tokyo. Keputusan PM Koiso merupakan usulan dari pemimpin militer Jepang di Indonesia, Hayashi. Menurut Hayashi, pemerintah Jepang harus merangkul rakyat Indonesia agar tetap setia dan mendukung Jepang dalam Perang Dunia II dengan memberikan janji kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Pada 6 Agustus 1945 pasukan Sekutu
menjatuhkan sebuah bom atom di atas kota Hiroshima, Jepang. Pasukan Sekutu
memilih kota Hiroshima sebagai terget bom karena pada saat itu Hiroshima
merupakan pusat markas militer terbesar Jepang. Selanjutnya, pada 9 Agustus
1945 pasukan Sekutu kembali menjatuhkan bom atom di kota Nagasaki.
Akibat bom yang dijatuhkan pasukan Sekutu, Kota Hiroshima dan Nagasaki mengalami kehancuran. RAtusan ribu rakyat Jepang menjadi korban dalam peristiwa tersebut. Selain itu, sedikit demi sedikit wilayah kekuasaan Jepang di Samudera Pasifik jatuh ke tangan Sekutu.
Akhirnya Jepang memutuskan untuk menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu. Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.
Penyerahan tanpa syarat Jepang kepada Sekutu ini yang menandai berakhirnya Perang
Dunia II.
Pada saat Jepang menyatakan menyerah
kepada Sekutu, Soekarno, Mohammad Hatta dan Radjiman Wediodiningrat sedang berada
di Dalat, Vietnam. Ketiganya bertemu dengan Marsekal Terauchi untuk
membicarakan lebih lanjut rencana pelaksanaan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena
itu ketiga tokoh tersebut tidak mengatahui bahwa Jepang telah menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu.
b. Respon
Pemuda Pasca Kekalahan Jepang
Soekarno dan Mohammad Hatta mendengar
berita penyerahan diri Jepang dari golongan muda. Golongan muda mengetahui
berita penyerahan Jepang kepada Sekutu melalui siaran radio BBC. Sutan Sjahrir
merupakan tokoh golongan muda yang mendesak diproklamasikannya kemerdekaan
Indonesia. Sutan Sjahrir meminta Mohammad Hatta agar segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, Mohammad Hatta menolak permintaan Sutan
Sjahrir tersebut. Menurut Mohammad Hatta, rencana proklamasi kemerdekaan harus
dibahas dengan Soekarno dan anggota PPKI.
Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir yang
ditemani Wikana, Chairul Saleh serta Darwis kemudian menemui Soekarno. Dalam pertemuan
tersebut, golongan muda mendesak agar Soekarno dan Mohammad Hatta segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa melalui sidang PPKI. Akan tetapi
Soekarno menolak permintaan golongan pemuda. Sebagai ketua PPKI, Soekarno perlu
melakukan musyawarah dengan seluruh anggota PPKI untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
Pada 15 Agustus 1945 golongan muda yang diwakili Sultan Sjahrir, Wikana, Chairul Saleh, dan Darwis bersama Moh Hatta menemui Soekarno di kediamannya. Mereka mendesak agar Soekarno dan Moh Hatta bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa sidang PPKI pada 16 Agustus 1945. Penolakan Soekarno didukung oleh Moh Hatta yang menyatakan Jepang akan mengakui kemerdekaan Indonesia apabila dilaksanakan oleh PPKI.
2. Peristiwa
Rengasdengklok
Kegagalan golongan muda mendesak Soekarno dan Moh Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya tidak membuat golongan muda menyerah. Setelah melakukan perundingan di asrama Cikini 71, golongan muda membawa Soekarno dan Mohammad Hatta ke
Rengasdengklok karena mereka tidak ingin Soekarno dan Mohammad Hatta
terpengaruh oleh Jepang, sehingga keinginan golongan muda untuk melaksanakan
proklamasi kemerdekaan segera terwujud. Golongan muda memilih Rengasdengklok
karena pertimbangan keamanan
Di Rengasdengklok juga terdapat markas Peta yang
perwiranya mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu,
Rengasdengklok dianggap sebagai tempat yang cocok untuk mengamankan Soekarno
dan Mohammad Hatta. Akhirnya, sekelompok pemuda membawa Soekarno dan Mohammad Hatta
ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.
Di Rengasdengklok Soekarno dan Mohammad Hatta menghadapi
desakan para pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi, kedua tokoh tersebut tetap tidak bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa persetujuan PPKI. Sementarai di Jakarna PPKI gagal melaksanakan sidang karena Soekarno dan Hatta menghilang.
Di Jakarta Ahmad
Soebardjo dari golongan tua berunding dengan Wikana dari golongan muda mengenai
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Perundingan Ahmad Soebardjo dan Wikana tersebut
berhasil mencapai kesepakatan bahwa proklamasi kemerdekaan harus dilakukan di
Jakarta.
Berdasarkan kesepakatan tersebut Ahmad Soebardjo, Wikana
dan Jusuf Kunto menjemput Soekarno dan Mohammad Hatta. Di Rengasdengklok Ahmad
Soebardjo berhasil menyakinkan para pemuda dengan taruhan nyawa. Ahmad
Soebardjo menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan diumumkan besok pada
tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan
tersebut, komandan kompi Peta setempat Chudancho
Subeno bersedia melepaskan Soekarno dan Mohammad Hatta kembali ke Jakarta.
3. Perumusan
Teks Proklamasi
Setibanya di Jakarta, rombongan Soekarno dan
Mohammad Hatta berencana melakukan pertemuan dengan anggota PPKI di Hotel Des
Indes. Tetapi pertemuan tersebut tidak dapat dilaksanakan karena
tidak mendapat izin dari pemerintah Jepang. Selanjutnya rombongan tersebut
menuju kediaman Nishimura kepala pemerintahan Jepang di Indonesia.
Di kediaman Nishimura, Soekarno menyampaikan rencana
rapat persiapan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, Nishimura menegaskan bahwa PPKI sudah tidak dapat beraktivitas lagi.
Nishimura beralasan bahwa sejak 16 Agustus 1945 Jepang sudah harus tunduk
kepada Sekutu. Pernyataan Nishimura tersebut menyadarkan Soekarno bahwa tidak
mungkin lagi berharap bantuan Jepang untuk kemerdekaan Indonesia.
Rombongan Soekarno dan Mohammad Hatta segera menuju
kediaman Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta. Di kediaman
Maeda hadir para anggota PPKI, pemimpin golongan muda, tokoh-tokoh pergerakan
dan beberapa anggota Chuo Sangi In yang
ada di Jakarta.
Pertemuan di kediaman Laksamana Maeda diawali dengan
merumuskan naskah proklamasi. Ahmad Soebardjo mengusulkan kalimat pertama
naskah proklamasi bersisi pernyataan kemerdekaan Indonesia. Kalimat kedua
diusulkan oelh Mohammad Hatta yang berisi usaha pemindahan kekuasaan. Konsep tersebut
kemudian ditulis Soekarno pada secarik kertas.
Setelah merumuskan naskah proklamasi, Soekarno menemui
tokoh-tokoh yang telah menunggu untuk meminta persetujuan tentang naskah
proklamasi. Hampir semua yang hadir di kediaman Laksamana Maeda menyetujui isi
naskah proklamasi, kecuali golongan muda. Golongan muda beranggapan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia tersebut masih kurang tegas.
Selain masalah kalimat dalam teks proklamasi, muncul
masalah mengenai tokoh yang berhak menandatangani naskah tersebut. Soekarno meminta
seluruh tokoh yang hadir di kediaman Laksamana Maeda menandatangani naskah
tersebut. Usul ini ditentang Chairul Saleh karena golongan muda tidak ingin ad
aunsur Jepang pada naskah proklamasi kemerdekaan, yaitu PPKI sebagai organisasi
bentukan Jepang. Sukarni mengusulkan agar tokoh yang menandatangani naskah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia cukup Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Usul tersebut akhirnya disetujui oleh semua pihak yang hadir.
Soekarno kemudian meminta Sayuti Melik mengetik konsep naskah tersebut menjadi
sebuah naskah bersih.
(Sumber: blog.ruangguru.com)
4. Pembacaan
Teks Proklamasi
Sebelum upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dilaksanakan, beberapa tokoh berdebat mengenai lokasi pembacaan naskah
proklamasi kemerdekaan tersebut. Sukarni mengusulkan dilaksanakan di lapangan
Ikada. Soekarno mengusulkan agar proklamasi dilaksanakan di kediamannya, di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Mohammad Hatta berpesan pada
Burhanuddin Mohammad Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya
ke seluruh dunia.
Berita bahwa proklamasi kemerdekaan akan diselenggarakan
pada hari itu sudah menyebar dalam masyarakat. Pada hari itu barisan pemuda
berbondong-bondong menuju lapangan Ikada. Akan tetapi, lapangan Ikada sudah
dijaga oleh pasukan Jepang bersenjata lengkap. Pada akhirnya, barusan pemuda
bergerak menuju kediaman Soekarno.
Pada pagi hari itu juga kediaman Soekarno dipadati oleh
sejumlah massa. Untuk menjaga keamanan upacara pembacaan teks proklamasi
kemerdekaan, dr. Muwardi meminta Latieh Hendraningrat beserta beberapa anak
buahnya untuk berjaga di sekitat kediaman Soekarno. Sudiro memerintahkan
S.Suhud menyiapkan tiang bendera. Bendera yang digunakan pada saat upacara
proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus1945 adalah bendera merah
putih yang dijahit oleh ibu Fatmawati.
(sumber: romadecade.org)
Upacara berlangsung tanpa protokol. Soekarno membacakan
teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Acara dilanjutkan dengan pengibaran
bendera Merah Putih oleh S.Suhud dan Latief Hendraningrat. Para hadirin spontan
menyanyikan lagu “Indonesia Raya” untuk mengiringi pengibaran bendera Merah
Putih.
Suasana pengibaran bendera Merah Putig (Sumber: blog.ruangguru.com)
5. Penyebaran
Berita Kemerdekaan Indonesia
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan cepat
menyebar ke berbagai penjuru Jakarta. Barisan pemuda segera menyebarkan salinan
teks proklamasi. Salinan teks tersebut ditempel ditempat-tempat strategis di
Jakarta. Pada 17 Agustus 1945 itu juga salinan teks proklamasi diserahkan
kepada kepala bagian radio kantor Domei,
Waidan B Panelewen. Ia memerintahkan F.Wuz seorang markonis segera menyiarkan
berita proklamasi tiga kali berturut-turut. Jepang masuk ke studio dan
memerintahkan F.Wuz untuk mengakhiri siarannya.
(sumber: blog.ruangguru.com)
Penyerbaran berita proklamasi oleh kantor berita Domei
berdampak pada penyegelan pemancar Domei
di Jakarta oleh Jepang. Para pemuda dengan bantuan beberapa teknisi radio yang
terdiri atas Sukarman, Sutamto, Susilahardja, daj Suhandar berhasil membuat
pemancar baru. Para pemuda membawa alat-alat pemancar dari kantor berita Domei
ke kediaman Waidan B Panelewen dan sebagian ke Menteng 31. Akhirnya,
terciptalah pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK I. Dari pemancar
baru inilah berita proklamasi disebarkan ke seluruh Indonesia secara intensif.
Berita proklamasi juga disebarlan melalui surat kabar. Surat
kabar pertama yang menyebarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yaitu Tjahaja Bandung dan Soeara Asia di Surabaya. Proklamasi kemerdekaan Indonesia juga
diberitakan ke luar negeri. Penyiaran berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
ke luar negeri ini dilakukan oleh sebuah organisasi bernama Sendora. Sendora merupakan organisasi
yang didirikan oleh mantan pegawai kantor berita Domei. Sendora menangkap siaran dari pemancar radio Hoso Kyoku
Bandung melalui pemancar Gunung Malabar. Pemancar Gunung Malabar merupakan pemancar
yang dibangun Belanda agar tetap bisa berhubungan dengan negara-negara di
Eropa. Melalui pemancar radio Gunung Malabar inilah berita proklamasi
kemerdekaan tersebar ke seluruh dunia khususnya wilayah di Eropa.
6. Dukungan
Terhadap Kemerdekaan Indonesia
Rakyat Indonesia menyatakan dukungan terhadap kemerdekaan
bangsa dalam bentuk rapat-rapat besar. Rapat raksasa bersifat nasional
diselenggarakan di Jakarta, tepatnya di lapangan Ikada sehingga dikenal dengan
rapat raksasa Ikada. Rapat Ikada dilaksanakan tanggal 19 Septemper 1945 dan dihadiri oleh Soekarno dan Mohammad
Hatta. Rakyat seolah ingin menunjukkan pada dunia bahwa kemerdekaan Indonesia
bukan pemberian Jepang, melainkan hasil perjuangan rakyat Indonesia. Beberapa dukungan
terhadap kemerdekaan Indonesia sebagai berikut:
a. Jakarta
Jakarta menjadi pusat perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setelah
peristiwa pembacaan teks proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno, pada hari itu
juga pemuda di Jakarta berupaya menyebarkan berita kemerdekaan Indonesia. Selain
menyebarkan berita kemerdekaan, pemuda berhasil menurunkan Wali Kota Jakarta,
Shigo Hasegawa dan menjadikan wakilnya, Suwirjo sebagai Wali kota Jakarta yang
baru.
b. Bandung
Pada siang 17 Agustus 1945 berita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia samapi di kota Bandung. Di Bandung, berita proklamasi disiarkan dalam
bahasa Indonesia dan Inggris. Selain menyebarkan berita kemerdekaan, pemuda di
Bandung berusaha menduduki kantor-kantor pemerintahan Jepang.
c. Semarang
Di semarang proklamasi pertama kali diterima Sugiarin,
markonis kantor berita Domei Semarang.
Kabar tersebut selanjutnya disampaikan kepada Syarif Soelaiman serta M.S.
Mintardjo yang kemudian diteruskan kepada Wongsonegoro. Setelah mendengar
berita tersebut, Wongsonegoro menyampaikan berita proklamasi di hadapan sidang Jawa Hokokai. Wongsonegoro mengajak
rakyat merayakan kemerdekaan Indonesia.
d. Yogyakarta
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pertama kali
diterima kantor berita Domei Yogyakarta
pada 17 Agustus 1945 pukul 12.00. Kabar tersebut pertama kali disebarkan
melalui khotbah Jumat di masjid Gedhe alun-alun utara dan masjid Pakualaman.
Berita proklamasi semakin menyebar setelah Ki Hajar
Dewantara, guru, dan siswa Taman Siswa melakukan pawai sepeda. Penyebaran berita
proklamasi di Yogyakarta juga tidak terlepas dari peran harian Sinar Matahari. Berita proklamasi juga
samapi kepada Sultan Hamengku Buwono XI dan Sri Paku Alam VIII. Keduanya menyatakan
dukungannya terhadap proklamasi dan pemerintah Indonesia
e. Surabaya
Berita proklamasi di Surabaya pertama kali disiarkan
menggunakan bahasa Madura. Penggunaan bahasa Madura tersebut bertujuan
menghindari pengawasan Kempetai
karena pihak Jepang selalu menempatkan petugasnya yang mampu berbahasa
Indonesia.
Penyiaran berita proklamasi dalam bahasa Indonesia baru
dilakukan pada tanggal 19 Agustus 1945 saat petugas Jepang lengah. Kelengahan tersebut
dimanfaatkan oleh Syahrudin untuk menyelundupkan bunyi teks proklamasi dalam
siaran Soerabaja Hosokyoku. Selain radio,
rakyat Surabaya mendapat berita proklamasi dari surat kabar Suara Asia.
Salah satu bentuk dukungan tersebut ditunjukkan melalui
peristiwa Tunjungan yang terjadi pada tanggal 19 September 1945. Para pemuda
Surabaya menyobek bendera Belanda yang berwarna biru menjadi bendera Indonesia
(Merah Putih) di atas hotel Yamato sebagai bukti dukungan rakyat Surabaya
terhadap kemerdekaan Indonesia.
f. Aceh
Berita mengenai kemerdekaan Indonesia juga dimuat dalam
harian Aceh Simbun pada 22 Agustus
1945. Para pemuda Aceh yang tergabung dalam organisasi militer bentukan Jepang
seperti Heiho dan Giyugun merespon berita kemerdekaan
Indonesia dengna meninggalkan organisasi tersebut. Para pemuda tersebut
kemudian bergabung dengan Ikatan Pemuda Indonesia di bawah pimpinan Ali Hasyim,
pemimpin redaksi harian Aceh Simbun.
g. Kalimantan
Di Kalimantan Barat, tepatnya di Pontianak, seorang
pemuda bernama M. Sukandar mendengar berita proklamasi dari radio pada 18
Agustus 1945 malam hari secara sembunyi-sembunyi. Di Ketapang, Kalimantan Barat
berita proklamasi secara resmi diterima melalui seorang pejuang yang baru
datang dari Jawa, A. Halim H. Abdul pada 24 Agustus 1945. Adapun berita
proklamasi di Kalimantan Tengah baru diterima pada 29 Agustus 1945, dalam suatu
upacara pengibaran bendera di depan kantor pemerintah daerah di Pangkalan Bun.
h. Sulawesi
Rakyat Sulawesi tidak mendengar berita proklamasi secara
bersamaan. Di Sulawesi Tengah berita proklamasi diterima pada 17 Agustus 1945
pukul 15.00. Pada saat itu Abdul Latief Mangitung mendapat berita proklamasi
dari seorang perwira Jepang. Rakyat Sulawesi Utara mendengar berita proklamasi
pada 18 Agustus 1945, yaitu ketika A.S. Rombot bertugas menerima berita Domei dari Tokyo.
Adapun rakyat
Sulawesi Selatan memperoleh berita proklamasi berita proklamasi dari Gubernur
Provinsi Sulawesi, Sam Ratulangi. Rakyat menyambut hangat berita proklamasi dan
memberikan dukungan penuh kepada Sam Ratulangi untuk melakukan konsolidasi
dengan pemerintah Republik Indonesia di wilayah Sulawesi. Rakyat juga mendesak
Sam Ratulangi untuk mengambil alih kekuasaan Jepang.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan puncak
perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan di Indonesia. Dengan berbekal
semangat, kegigihan, dan keberanian, bangsa Indonesia mampu mencapai
kemerdekaannya.
Sumber:
1)
Ringgo
Rahata dkk. 2021. Sejarah untuk SMA/MA: Mata Pelakaran Wajib (Pegangan Guru).
Yogyakarta, PT Intan Pariwara.
2)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017. Sejarah
Indonesia Kelas XI Semester 2. (edisi Revisi). Jakarta
No comments:
Post a Comment