Tuesday, September 23, 2025

Ketersebaran Kekuatan dan Identitas Nasional Baru

Pada masa Demokrasi Liberal hingga Demokrasi Terpimpin terdapat banyak kelompok yang memiliki massa, baik yang berbasis ideologi politik maupun agama. Kekuatan kelompok tersebut memunculkan warna yang beragam pada identitas nasional dan berbagai peristiwa sejarah di Indonesia.

A. GERAKAN WANITA 

Awal terbentuknya organisasi wanita saat meghadapi Agresi Militer Belanda. Organisasi yang terbentuk adalah Wanita Republik Indonesia (WANI) yang bertugas menyediakan dapur umum dan menampung dan merawat korban pertempuran antara pejuag Indonesia dan penjajah Belanda.

Pada tahun 1946 organisasi perempuan membentuk federasi dan diberi nama Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). Saat pemerintah mengadakan blokade ekonomi dan politik Belanda, Kowani menjadi anggota WIDF (Women’s International Democtaric Federation) yang menjalin kerjasama dalam mendukung pergerakan perjuangan perempuan. Pada Orde Lama, perempuan telah diakui hak politiknya, baik hak pilih dalam pemilu 1955 auat untuk menjadi anggota parlemen. Pada masa itu juga lahirlah UU yang menghormati hak-hak perempuan yaitu UU 80/1950.


Gambar 1 : Kongres Perempuan

Pada kongres pertama tahun 1951, Gerwis berubah nama menjadi Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia). Pada tahun 1954 PKI memanfaatkan organisasi ini untuk menggalang suara pada Pemilu 1955.

Selain organisasi perempuan sebagai wadah organisasi tersebut berkembang juga organisasi yang didirikan perempuan dalam sekumpulan profesi. Misalnya, bagi wanita Polwan pada 1948, Korps Wanita Angkatan Darat (KOWAD) apda 1961, Korps Wanita Angkatan Laut (KOWAL) pada tahun 1963, dan Korps Wanita Angkatan Udara (WARA) pada tahu 1963. 

B.  PEMILIHAN UMUM PERTAMA TAHUN 1955 

Pemilihan umum di Indonesia pertama kali diselenggarakan pada 29 September 1955, tepatnya pada masa Kabinet BUrhanuddin Harahap. Berdasarkan UU No 7 Tahun 1953, Pemilu tahun 1955 dilaksanakan dalam rangka memilih tugas dan wewenang melakukan perubahan terhadap konstitusi negara. 

Sistem yang digunakan pada pemilu 1955 adalah sistem perwakilan proporsional. Berdasarkan sistem ini, wilayah Indonesia dibagi menjadi 16 daerah pemilihan. Pada akhirnya, daerah ke 16 yaitu Irian barat gagal melaksanakan pemilu karena masih dalam kekuasaan Belanda.

 Gambar 2 : Pemilihan Umum 1955

Panitia Pemilihan Pemilu menetapkan pemilu dilaksanakan 2 tahap yaitu:

  • Tahap pertama 29 September 1955 pemilu untuk memilih anggota DPR
  • Tahap pertama 15 Desember 1955 pemilu untuk memilih anggota Konstituante 

Hasil pemilu 1955 menunjukkan kemenangan 4 partai besar yaotu PNI, PKI, Masyumi, dan NU. Nilai positif dari pemilu 1955 adalah:

    • tingkat partisipasi masyarakat tinggi
    • Jumlah orang yang tidak memilih sedikit(golput)
    • kesadaran berdemokrasi dan kemampuan memilih yang baik.

 C. NASIONALISME, AGAMA DAN KOMUNISME (NASAKOM) 

Nasakom merupakan konsep politik yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno yang berlaku setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 1959 pada masa Demokrasi Terpimpin hingga lahirnya Orde Baru tahun 1966.  
Soekarno menganggap Demokrasi Parlementer melindungi sistem kapitalisme. Sistem ini tidak memakmurkan rakyat dan membahayakan pemerintah.

 Gambar 3: Nasakom

Soekarno mengusulkan konsep baru yang disebut Nasakom uang didasari oleh tiga pilar utama. Tiga pilar tersebut adalah nasionalisme, agama, dan komunisme. Ketika pilar ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga faksi utama dalam politik Indonesia yaitu militer, kelompok Islam dan komunis. Ideologi Nasakom pun runtuh saat PKI melakukan Gerakan 30 September 1965.


Untuk materi PDF klik disini ya 😉 

No comments:

Post a Comment