1. 1. Daarul Islam/Tentara Islam
Indonesia (DI/TII)
a. Gerakan DI/TII di Jawa Barat
1) Latarbelakang
• Penolakan
terhadap Perundingan Renville
• Indonesia
harus menarik pasukannya dari daerah kantong gerilya yang berada di dalam garis
demarkasi Van Mook.
2) Tokoh
/Pendiri
• Gagasan
mendirikan negara Islam Indonesia telah dicanangkan sejak tahun 1942.
• Katosuwiryo
mendirikan di Jawa Barat
• Mengangkat
dirinya sebagai imam NII/pemimpin Negara Islam Indonesia
3) Jalannya
Peristiwa
• Pada
pertemuan di Cisayong bulan Februari 1948, Kartosuwiryo memutuskan mengubah
Gerakan kepartaian Masyumi Jawa Barat menjadi bentuk negara serta membekukan
Masyumi Jawa Barat
• Melalui
Majelis Umat Siman, Kartosuwiryo diangkat menjadi Imam Negara Islam Indonesia
(NII)
• Dibentuk
Angkatan perang yang Bernama Tentara Islam Indonesia (TII)
• Penumpasan
dilakukan dengan pendekatan musyawarah yang dilakukan oleh M. Natsir
• Pemerintah
RI mengambil Tindakan dengan operasi militer yang disebut Operasi Pagar Betis
dan Operasi Baratayudha.
• Operasi
pagar betis melibatkan rakyat untuk mengepung tempat persembunyian gerombolan
DI/TII
• Operasi
Baratayudha dilakukan oleh TNI dengan menyerang basis-basis kuatan
4) Akhir
Peristiwa
• Penumpasan
DI/TII dengan penangkapan Kartosuwiryo berhasil di tangkap di gunung Geber,
Majalaya, Jawa Barat oleh Pasukan Siliwangi
b. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah
1) Latar
Belakang
• ketidakpuasan
terhadap Perjanjian Renville
• Kekosongan
Kekuasaan membuat masyarakat merasa tidak terlindungi dan memicu keresahan.
2) Tokoh
/ Pendiri
• Amir
Fatah mendeklarasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) dan Tentara Islam
Indonesia (TII) pada 23 Agustus 1949
• Amir
Fatah juga merupakan merupakan komandan laskar Hizbullah.
3) Jalannya
Peristiwa
• Dari hasil perjanjian Renville, Para pejuang di Tegal dan Brebes menolak meninggalkan wilayah tersebut dan terus melakukan perlawanan
• Sebelum
adanya pemberontakan DI/TII di bawah kepemimpinan Amir Fatah, di Jawa Tengah
sudah lebih dulu pernah muncul gerakan yang serupa dipimpin oleh Abas Abdullah
• Pasukan
yang dipimpin Abas ini bernama Pasukan Hizbullah, di mana saat itu mereka
memutuskan untuk pergi ke wilayah sengketa Indonesia-Belanda, yaitu Brebes.
• Sampai
di sana, pasukan ini membentuk pasukan baru bernama Mujahidin yang disebut
sebagai Majelis Islam (MI).
• Pada
23 Agustus 1949, Amir bersama teman-temannya memutuskan bergabung dengan NII
yang dipelopori oleh Kartosoewirjo.
• Amir Fatah dengan kelompoknya melakukan penyerangan terhadap TNI dan beberapa desa ketika itu, seperti desa Rokeh Djati dan Pagerbarang.
4) Akhir
Pemberontakan
• Untuk
menumpas DI/TII di Jawa Tengah, TNI membentuk Gerakan Banteng Nasional (GBN).
• GBN
adalah komando penumpasan pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Para pemimpin
dari GBN sendiri adalah Letnan Kolonel Sarbini, Letnan Kolonel Bachrum, dan
Letnan Kolonel Ahmad Yani.
• Sampai
akhirnya pada 22 Desember 1950, pasukan-pasukan ini berhasil ditangkap saat
berada di Desa Cisayong, Tasikmalaya.
• Amir
Fatah dipenjara selama dua tahun, lalu dibebaskan. Ia mendapatkan izin untuk
berpergian ke negara lain setelah itu. Pertama, ia pergi ke Amerika dan Eropa
hingga akhirnya memutuskan menetap di Korea Selatan.
c. Gerakan DI/TII di Aceh
1) Latar
Belakang
• Kekecewaan
rakyat Aceh atas peleburan provinsi Aceh menjadi Keresidenan dan digabungkan ke
Provinsi Sumatra Utara
• Daud
Beureueh dan tokoh Aceh lainnya kecewa karena janji Presiden Soekarno untuk
memperbolehkan Aceh menerapkan syariat Islam tidak terpenuhi.
• Keinginan
ingin menerapkan syariat Islam
• Pengaruh
dari ideologi DI/TII yang diproklamirkan oleh KArtosuwiryo
2) Tokoh
/ Pendiri
• Tengku Muhammad Daud Beureueh: Seorang ulama besar dan pemimpin sipil, agama, serta militer yang memimpin pemberontakan DI/TII di Aceh
3) Jalannya
pemberontakan
• Pemerintah
Indonesia dalam usaha penyelesaian konflik Aceh ini menggunakan dua cara yaitu
kekuatan bersenjata (militer) dan diplomasi (musyawarah) dengan para
pemberontak.
• Pemerintah
menyatakan seluruh Aceh menjadi daerah ”Militaire bystand” sesuai dengan
keputusan Presiden No. 175 tahun 1952
4) Akhir
Prmberontakan (Upaya penumpasan)
• Pemerintah
Indonesia membentuk operasi khusus militer untuk menumpas pemberontakan ini
yaitu dengan Operasi 17 Agustus dan Operasi Merdeka.
• Sedangkan
dengan cara diplomasi, Pemerintah Indonesia mengirimkan utusan-utusan khusus
untuk berdialog dengan pihak pemberontak khususnya dengan Teungku Muhammad Daud
Beureueh.
• Negosiasi
yang panjang disepakati status otonomi khusus untuk Aceh, yaitu terbentuknya
Daerah Istimewa Aceh serta kebebasan menjalankan unsur-unsur syariat di
dalamnya.
• Berakhirlah
pemberontakkan DI/TII Aceh dan terciptalah perdamaian
d. Gerakan DI/TII di Kalimantan
Selatan
1) Latarbelakang
• kekecewaan
terhadap kebijakan pemerintah pusat dan juga adanya perlakuan tidak baik dari
pemerintah serta tentara terhadap rakyat di pedesaan
• ada
masa perang kemerdekaan, Divisi IV Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) di
Kalimantan Selatan telah menjadi pasukan yang sangat berpengaruh
2) Tokoh/Pendiri
• Ibnu Hadjar, merupakan seorang Letnan Dua Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bergabung dalam Divisi IV Angkatan Laut pada masa perang kemerdekaan.
3) Jalannya
peristiwa
• Gerakan
Ibnu Hadjar sebenarnya telah dilancarkan sejak 1950, dengan menyerang pos-pos
Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) di beberapa wilayah Kalimantan.
• Waktu
Pemberontakan DI/TII Kalimantan Selatan secara resmi baru dimulai pada 1954,
ketika Ibnu Hadjar menyatakan KRYT bergabung dengan DI/TII Kartosoewirjo, yang
menawarinya posisi menteri di Negara Islam Indonesia.
• Ibnu
Hadjar menamai pasukannya Angkatan Perang Tentara Islam dan mengganti nama
markasnya Istana Islam Merdeka.
4) Akhir
pemberontakan
• Pemerintah
sempat mencoba jalur damai dan persuasif untuk menghentikan pemberontakan,
namun gagal. Akhirnya, pemerintah melancarkan operasi militer untuk menumpas
pemberontakan ini.
• Penumpasan
DI/TII Kalimantan Selatan yang intensif efektif membuat pasukan Ibnu Hadjar
melemah
• Pada
1963, Ibnu Hadjar dan gerombolannya dibujuk untuk menyerah dengan janji amnesti
dari pemerintah
• Ibnu
Hadjar dan sisa-sisa pasukannya pun menyerah pada Juli 1963.
• Setelah
Ibnu Hadjar setuju untuk menyerahkan diri, penyelesaian DI/TII di Kalimantan
Selatan tetap dibawa ke Mahkamah Militer di Jakarta.
• Pada
11 Maret 1965, Ibnu Hadjar menerima vonis hukuman mati dan dieksekusi pada 22
Maret 1965.
e. Gerakan DI/TII di Sulawesi
Selatan
1) Latarbelakang
• Komando
Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dibentuk oleh Saleh Sahban atas perintah Kahar
Muzakar
• Ketidakpuasan
anggota Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) terhadap kebijakan pemerintah
pusat yang akan membubarkan dan merombak kembali tentara.
• Kahar
Muzakkar, yang merupakan pemimpin KGSS, menuntut agar personil KGSS dimasukkan
ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS).
• Permintaan
ini ditolak oleh pemerintah pusat, yang memicu kekecewaan dan menyebabkan Kahar
Muzakkar melakukan kekacauan.
2) Tokoh
• Kahar Muzakar, merupakan pimpinan Gerakan gerilya Sulawesi Selatan
3) Jalannya
periswita
• Kahar
Muzakar membangun negara yang disebut beragama Islam, namun hanya bisa bergerak
dengan cara bergerilya di hutan.
• Kelompoknya
disebut Republik Persatuan Islam Indonesia (RPII) dan bermarkas di Gunung
Latimojong, Enrekang, Sulawesi Selatan
• Saat
itu, terjadi perselisihan yang disebabkan keinginan semua anggota KGSS untuk
menjadi anggota Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) tidak dipenuhi
pemerintah.
• Pemerintah
mengharuskan adanya seleksi terhadap anggota KGSS yang ingin masuk APRI.
• Kahar
Muzakkar justru mewakili pihak KGSS dalam perundingan dengan AE Kawilarang pada
1 Juli 1950. Dalam pertemuan itu, Kawilarang bukan hanya menolak permintaan
KGSS, tetapi juga membubarkan kelompok ini.
• Tindakan
Kawilarang membuat Kahar Muzakkar naik pitam dan melayangkan tuntutan, apabila
permintaan KGSS untuk masuk ke dalam APRI dengan nama Brigade Hasanuddin tidak
dipenuhi, maka mereka akan memberontak.
• Pemerintah
mengeluarkan kebijaksanaan dengan memasukkan semua anggota KGSS ke dalam Korps
Cadangan Nasional dan Kahar Muzakkar diangkat sebagai pemimpin dengan pangkat
letnan kolonel dan Kahar Muzakar menolak sehingga lari ke hutan dan membawa
senjata
• Gerakan
DI/TII di Sulawesi Selatan terjadi sejak tahun 1953 hingga 1965. Gerombolan
gerilyawan yang dituding sebagai pemberontak mulai melancarkan aktivitas
militer mereka. Mereka merusak jembatan, jaringan komunikasi, menyerbu
barak-barak polisi, dan meneror penduduk non-Muslim.
• Memasuki
tahun 1962, Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan bukan lagi menjadi ancaman
besar seperti tahun-tahun sebelumnya.
4) Upaya
Penumpasan/ Akhir Peristiwa
• TNI
melancarkan serangan balasan dengan mengirim satu batalion di bawah komando
Mayor Magenda dari Bone, satu batalion di bawah Mayor Mahfud dari Sengkang, dan
satu batalion di bawah Mayor Andi Mattalatta.
• Pada
pengujung 1964, pasukan Siliwangi di bawah komando Solihin, berhasil memburu
Kahar Muzakkar dan sisa-sisa pendukungnya hingga ke Sulawesi Tenggara.
• Pasukan
Siliwangi menemukan petunjuk di dekat Sungai Lasolo, yang berasal dari suara
radio transitor milik Kahar Muzakkar.
• Mereka
kemudian mengepung daerah yang menjadi perkemahan kelompok Kahar Muzakkar
tersebut.
• Dalam
penyergapan pada 2 Februari 1965 itu, Kahar Muzakkar tewas di tangan Kopral
Sadeli di pinggir Sungai Lasalo.
2. 2. PRRI/Permesta
PRRI/Permesta adalah gerakan
separatis di Indonesia pada akhir 1950-an yang menuntut otonomi daerah dan
keadilan pembangunan, dipicu ketidakpuasan terhadap sentralisasi kekuasaan dan
pembangunan yang terlalu berpusat di Jawa.
a. Latar Belakang
• Ketidakpuasan
Daerah: Banyak tokoh militer dan sipil di Sumatera dan Sulawesi merasa
kebijakan pemerintah pusat tidak adil dalam alokasi dana pembangunan dan
kesejahteraan, sehingga menganggap Jawa terlalu diistimewakan
• Ketidakstabilan
Pemerintah: Kondisi pemerintahan yang belum stabil dan tidak meratanya
kesejahteraan menjadi pemicu munculnya tuntutan pemisahan diri di berbagai
daerah.
• Akar
Militer: Kekecewaan di tubuh Angkatan Darat atas rendahnya kesejahteraan
prajurit di wilayah Sulawesi dan Sumatera mendorong penentangan terhadap
pimpinan Angkatan Darat dan kebijakan pusat.
• Tuntutan
PRRI
-
Dibubarkannya
Kabinet Djuanda
-
Mohammad
Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX membentuk pemerintahan sementara sampai
pemilihan umum berikutnya akan dilaksanakan
-
Soekarno
kembali pada posisi konstitusionalnya.
• kekecewaan
akan kebijakan pemerintah pusat yang dianggap mengistimewakan Pulau Jawa
dibanding daerah lain. Berkembangnya sentimen ini kemudian memicu timbulnya
aspirasi untuk memisahkan diri dari Indonesia.
• Bermula
dari permintaan Gubernur Sulawesi Andi Pangerang Pettarani kepada perdana
Menteri Ali Sastroamijoyo dan Mendagri R. Sunarjo pada 1957 untuk mengupayakan
otonomi yang lebih besar khususnya di Indonesia Timur, termasuk pembagian
pendapatan pemerintah yang lebih banyak untuk proyek pembangunan di daerah.
• Hal
tersebut tidak mendapat tanggapan sehingga Andi Burhanuddin dan Henk Rondonuwu
sebagai delegasi dari Sulawesi kembali ke Jakarta untuk kembali mendesak
pemerintah pusat
• Permesta
atau Perjuangan Semesta dideklarasikan lebih awal dari PRRI yakni tanggal 2
Maret 1957 oleh Letkol Ventje Sumual yang membacakan naskah proklamasi bernama Staat
van Oorlog en Beleg (SOB). Arti dari judul naskah tersebut adalah
"Negara Sedang Darurat Perang"
b. Tokoh
• Dewan
Daerah: Untuk memperjuangkan tuntutan mereka, tokoh militer dan sipil membentuk
dewan-dewan daerah:
-
Dewan
Banteng: Di Sumatera Barat, dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
-
Dewan
Garuda: Di Sumatera Selatan, dipimpin oleh Letkol Barlian.
-
Dewan
Manguni: Di Sulawesi Utara, dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
-
Tokoh
PRRI lainnya: Sjafruddin Prawiranegara, Maludin Simbolon, Soemitro
Djojohadikoesoemo.
c. Peristiwa Penting
• Deklarasi
PRRI: Pada 15 Februari 1958, PRRI diproklamasikan di Sumatera Barat oleh Achmad
Husein, dengan Sjafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri.
• Dukungan dari Permesta: Beberapa hari kemudian, pada 17 Februari 1958, Letkol D.J. Somba di Sulawesi menyatakan mendukung PRRI dan memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat, menandai deklarasi Permesta.
d. Jalannya Peristiwa
• Mr.
Syafruddin Prawiranegara melihat pembentukan PRRI ini bukan dalam rangka
memisahkan diri dari Indonesia melainkan hanya upaya menyelamatkan negara dari
kekacauan akibat pengaruh PKI yang besar di pemerintahan pusat.
• Pemerintah
menganggap pemberontakan PRRI harus segera dituntaskan dnegan melakukan operasi
gabungan yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
Angkatan Perang RI (APRI).
• Tentara
APRI melayangkan berbagai macam tindak kekerasan, bahkan ribuan orang juga
ditangkap dengan cara paksa karena dicurigai sebagai simpatisan PRRI.
• Selama
kondisi tersebut diketahui korban jiwa yang jatuh sebanyak 22.174 jiwa, 4.360
orang mengalami luka-luka, dan 8.072 orang menjadi tawanan.
• Melalui
Jenderal Abdul Haris Nasution, tentara PRRI berusaha dibujuk untuk menyerah dan
kembali setia kepada NKRI. Mendekati penghujung tahun 1960, seluruh wilayah di
Sumatera Barat pada akhirnya berhasil dikuasai oleh para tentara APRI.
e. Upaya penumpasan/akhir
pemberontakan
1) Jalur Damai
• Pada
17 Desember 1960, Permesta menyetujui untuk mengakhiri pemberontakan karena
pemerintah pusat bersedia membagi Provinsi Sulawesi menjadi dua provinsi yaitu
Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, dengan ibukota di Manado.
• Resmi
berakhirnya Permesta ditandai dengan Somba yang bersedia menyerahkan diri dan
menandatangani naskah penyelesaian Permesta. Pemerintah juga memberikan amnesti
dan abolisi kepada siapa saja yang terlibat Permesta.
2) Operasi Militer
• Penumpasan
pemberontakan PRRI dan Permesta adalah Operasi Tegas, Operasi Merdeka dan
Operasi Sadar. Operasi Tegas dilaksanakan di wilayah Pekanbaru oleh Letnan
Kolonel Kaharuddin Nasution.
• Operasi
Sapta Marga II yang termasuk ke dalam operasi merdeka dipimpin oleh Mayor Agus
Prasmono di Gorontalo. Sementara itu, Operasi Sadar dipimpin Letkol Ibnu Sutowo
dengan tujuan menuntaskan pemberontakan PRRI dan Permesta yang ada di Sumatera
Selatan.
• Penumpasan
pemberontakan Permesta juga disebut lebih sulit ditumpas dibanding
pemberontakan lainnya karena adanya keterlibatan asing yakni Amerika Serikat.
• Amerika
Serikat yang membantu pemberontakan disampaikan oleh Allen Lawrence Pope.
Allen Pope menjelaskan bahwa alasan pemberontakan Permesta mendapat dukungan
dari AS karena adanya kekhawatiran Indonesia akan jatuh ke tangan pihak
komunis, yang saat itu menjadi musuh bebuyutan AS.
• Permesta
resmi berakhir dengan pemberian amnesti dan abolisi kepada mereka yang terlibat
Permesta melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 322 tahun 1961.
Sumber:
1. Pemberontakan DI/TII Jawa Tengah
2. Sejarah Pemberontakan DI/TII Amir Fatah di Jawa Tengah
4. Pemberontakan DU/TII di Aceh
5. PEMBERONTAKAN DAUD BEUREUEH (DI/TII ACEH) TAHUN 1953-1962
6. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
7. Sejarah Pemberontakan DI-TII Ibnu Hadjar: Alasan, Tujuan, & Akhir
8. Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan
9. Pemberontakan DI-TII Kahar Muzakkar: Sejarah, Kronologi, Penumpasan
10. Menilik Kronologi DI/TII Sulawesi Selatan Menurut Sejarah
11. Pemberontakan PRRI Permesta - Latar Belakang, Kronologis, Tujuan, Dampak, dan Upaya Penumpasan
12. Safitry, Martina dkk(2022). Sejarah SMA/MA Kelas XII, Jakarta. Kemendikbudristek
No comments:
Post a Comment