Vietnam merupakan negara di kawasan Indo-Cina yang dikuasai Prancis sejak abad XIX. Pada masa Perang Dunia II, Vietnam berada di bawah kekuasaan Jepang hingga 1945. Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Tiongkok dan Inggris datang di Vietnam untuk melucuti senjata tentara Jepang. Tiongkok datang dari arah utara, sedangkan Inggris datang dari arah selatan. Kedatangan Tiongkok dan Inggris tersebut memiliki kepentingan berbeda. Tiongkok yang beraliran komunis menginginkan kemerdekaan bagi Vietnam. Sementara itu, Inggris berupaya mengembalikan Vietnam menjadi wilayah kekuasaan Prancis. Perbedaan keinginan tersebut mendorong terjadinya perang antara Inggris dan Tiongkok di Vietnam.
1. Latar Belakang Perang Saudara di Vietnam
Sejak abad XIX Vietnam menjadi wilayah kekuasaan kolonial Prancis. Pada masa Perang Dunia II Jepang menguasai wilayah Vietnam hingga 1945. Sejalan dengan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, tentara Tiongkok dan Inggris datang ke Vietnam untuk melucuti senjata tentara Jepang. Tiongkok masuk dari arah utara, sedangkan Inggris masuk lewat selatan. Kedua negara tersebut mempunyai kepentingan berbeda. Tiongkok yang beraliran komunis menginginkan kemerdekaan bagi Vietnam. Sementara itu, Inggris ingin mengembalikan Vietnam sebagai wilayah kekuasaan Prancis. Perbedaan kepentingan antara Tiongkok dan Inggris berujung pada konflik kedua negara.
2. Jalannya Peristiwa Perang Saudara di Vietnam
Perselisihan antara Tiongkok dan Inggris memuncak pada 1954. Pada 7 Mei 1954 Prancis dan Inggris mengalami kekalahan dalam pertempuran di Dien Bien Phu saat melawan kelompok komunis (Viet Minh) yang didukung oleh Tiongkok. Untuk mengakhiri konflik tersebut, diadakan perjanjian Jenewa pada 21 Juli 1954.
Hasil perjanjian Jenewa menyebutkan wilayah Vietnam dibagi menjadi dua, yaitu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan yang dibatasi oleh garis demarkasi 170 Lintang Utara. Vietnam Utara menamakan negaranya Republik Demokrasi Vietnam (RDV) yang dipimpin Ho Chi Minh dan beraliran komunis. Sementara itu, Vietnam Selatan bernama Republik Vietnam (RV) dipimpin oleh Kaisar Bao Dai di bawah pengaruh Inggris dan Prancis beraliran nasionalis.
Berdasarkan perjanjian Jenewa, pembagian wilayah tersebut bersifat sementara karena akan diadakan pemilihan umum. Pemilu tersebut direncanakan pada Juli 1956. Pemilu dilakukan untuk mempersatukan kembali Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Akan tetapi, usul pelaksanaan pemilu tersebut ditentang oleh Vietnam Selatan. Vietnam Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat menolak pelaksanaan pemilu. Amerika Serikat khawatir pihak Ho Chi Minh (Vietnam Utara) akan memperoleh kemenangan dalam pemilu dan pihak komunis berhasil berkuasa di Vietnam.
Untuk menggagalkan pelaksanaan pemilu, Amerika Serikat menunjuk Ngo Dinh Diem untuk menggantikan posisi Kaisar Bao Dai. Ngo Dinh Diem merupakan seorang nasionalis dan antikomunis yang menjadi presiden pertama Republik Vietnam (Vietnam Selatan). Selain itu, melalui Central Intelligency of America (CIA), Amerika Serikat menyebarkan propaganda bahwa Ho Chi Minh dan warga Vietnam Utara akan melakukan penyerangan terhadap Vietnam Selatan. Oleh karena itu, rakyat Vietnam Selatan diharapkan dapat bersatu untuk melawan serangan Vietnam Utara.
Serangkaian ketegangan di Vietnam berubah menjadi aksi saling serang. Sejak 1964 terjadi perang terbuka antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Dalam peperangan ini pasukan Vietnam Selatan mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Sementara itu, Vietnam Utara yang merasa dirugikan meminta bantuan kepada Uni Soviet.
Pada 1968 Vietnam Selatan mengerahkan 1.200.000 pasukan militernya untuk menggempur Vietnam Utara. Akan tetapi, pasukan tersebut tidak menguasai medan perang. Akibatnya, pasukan Vietnam Utara yang berjumlah 520.000 mampu mengalahkan pasukan Vietnam Selatan. Meskipun demikian, pasukan Vietnam Selatan masih terus melancarkan serangan terhadap Vietnam Utara dengan bantuan dari Amerika Serikat. Selanjutnya, pada 1969 Amerika Serikat mulai menarik pasukannya di Vietnam Selatan. Tindakan ini sesuai kebijakan Presiden Richard Nixon yang diumumkan pada 8 Desember 1969.
Perang saudara di Vietnam baru berakhir pada 1975. Pada 30 April 1975 pasukan Vietnam Utara berhasil menguasai Kota Saigon, ibu kota Vietnam Selatan. Pasukan Vietnam Utara kemudian mengganti nama kota tersebut menjadi Ho Chi Minh City. Jatuhnya Kota Saigon menandai berakhirnya perang saudara antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Peristiwa ini juga menandai runtuhnya Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan bersatunya kembali Vietnam.
B. Dampak Perang Saudara di Vietnam
Perang Vietnam yang dipengaruhi Perang Dingin merupakan pertarungan kelompok komunis dan liberalis. Dalam peperangan tersebut Vietnam utara dibawah pimpinan Ho Chi Minh menuai kemenangan. Kemenangan Vietnam Utara menandai kemenangan kelompok komunis di kawasan Indo-Cina pada saat itu. Kemenangan tersebut turut memengaruhi penyebaran komunisme di kawasan Indo-Cina. Ibarat kartu domino, jika salah satu kartu jatuh, kartu lain pun akan jatuh. Demikian pula kondisi di kawasan di Indo Cina pada saat itu. Kemenangan kelompok komunisme di Vietnam diikuti pula penyeraban komunisme di Kamboja dan Laos. Perkembangan komunis di Kamboja tidak lepas dari rezim Khmer Merah. Sementara itu, komunisme di Laos dikembangkan oleh Pathet Lao.
Perang saudara di Vietnam berlangsung lebih dari 30 tahun. Perang tersebut menyebabkan banyak kerugian material dan non material. Selain itu, jumlah korban jiwa dalam Perang Vietnam mencapai puluhan ribu jiwa.
Pada perkembangannya banyak warga Vietnam Selatan mencari suaka ke negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Suaka tersebut bertujuan menghindari kekuatan komunis yang berhasil berkuasa di Vietnam. Pencarian suaka mulai dilakukan ketila Kota Saigon jatuh ke tangan Vietnam Utara.
Kemenangan Vietnam Utara menandai lahirnya Vietnam baru pada 30 April 1975. Kemenangan tersebut disambut suka cita oleh rakyat Vietnam dengan perayaan tiap tahunnya. Akan tetapi, bagi rakyat Vietnam yang pergi meninggalkan negaranya mencari suaka, tanggal 30 April diperingati sebagai Black April (April Kelabu).
Hal itu menandakan menyerahnya pemerintahan Vietnam Selatan tanpa syarat kepada Vietcong, dan kejatuhan Saigon pun menandakan berakhirnya Perang Vietnam dengan kemenangan Vietnam Utara. Hal ini menjadi periode awal transisi Vietnam menjadi satu negara yang utuh.
Sebenarnya peperangan yang terjadi di Vietnam ini merupakan peperangan kepentingan Blok Barat dan Blok Timur. Dari kedua wilayah Vietnam tersebut, keduanya berada di bawah bayang-bayang negara lain. Hingga akhirnya Vietnam menjadi negara yang utuh dan bersatu pada 1976. Nah kalau secara politik, ini menjadi penanda kemenangan Blok Timur terhadap Blok Barat di Asia Tenggara, dan Vietnam menjadi negara komunis.
Sumber:
1. Pritzker Militery - Sejarah Vietnam
2. Blog Ruangguru - Sejarah Runtuhnya Vietnam Selatan dan Bersatunya Vietnam | Sejarah Kelas 12
3. Widia Lestari Ningsih, Nibras Nada Nailufar, Bersatunya Vietnam Utara dan Selatan
4. Danik Isnaini, dkk. 2021. Pr Sejarah untuk SMA/MA ; Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Kelas XII, Intan Pariwara
No comments:
Post a Comment