Pada 17 Agustus 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir. Meskipun begitu Indonesia belum memenuhi unsur deklaratif pembentukan negara. Terbentuknya sebuah negara dipengaruhi oleh dua unsur, yaitu unsur konstitusi, dan unsur deklaratif. Unsur konstitutif terbentuknya suatu negara terdiri atas wilayah, rakyat dan pemerintahan yang berdaulat. Unsur deklaratif meliputi pengakuan dari negara lain. Unsur deklaratif tidak mutlak harus dipenuhi. Namun, pengakuan dari negara lain sangat penting agar negara yang baru terbentuk tidak diasingkan dalam hubungan internasional.
Negara-negara yang mengakui kedaulatan
Indonesia pada masa awal kemerdekaan adalah:
A. MESIR
Mesir merupakan negara yang terletak di
sisi timur laut Benua Afrika. Negara yang terkenal dengan bangunan piramida ini
merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pengakuan Mesir
terhadap kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari keberadaan organisasi Ikhwanul
Muslimin. Organisasi yang dipimpin oleh Hasal al-Banna ini menjunjung Pan-Islamisme
yang menentang kolonialisme Barat di negara-negra Islam. Melalui paham tersebut,
Ikhwanul Muslimin berupaya menarik atensi pemerintah dan masyarakat
Mesir untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
Langkah Ikhwanul Muslimin dalam
memperjuangkan pengakuan kedaulatan Indonesia disambut baik oleh mahasiswa
Indonesia di Universitas Al-Azhar. Salah satu mahasiswa Indonesia yang
mendukung perjuangan Ikhwanul Muslimin adalah M. Zein Hassan. Bersama anggota
Ikhwanul Muslimin, M. Zein Hassan mengajak mahasiswa Indonesia yang sedang
menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar untuk menuliskan pandangan mereka
mengenai kemerdekaan Indonesia dalam buletin kampus. Dalam perkembangannya,
tulisan-tulisan tersebut dimuat dan disebarluaskan oleh surat kabar nasional
Mesir. Dalam perkembangannya, upaya Ikhwanul Muslimin mendapat respon
positif dari masyarakat Mesir secara luas.
Dukungan masyarakat Mesir meluas mendorong pemerintah Mesir turut memperjuangkan pengakuan kedaulatan bagi Indonesia. Meluasnya dukungan rakyat Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia ditindaklanjuti oleh pemerintah Mesir melalui pengakuan kemerdekaan Indonesia secara de facto pada 22 Maret 1946. Melalui forum Liga Arab, pemerintah Mesir juga menyerukan agar negara-negara Arab lainnya segera mengakui Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Dalam sidang majelis yang digelar pada 18 November 1946, Liga Arab memberikan pengakuan secara resmi terhadap kemerdekaan Indonesia. Pengakuan Liga Arab terhadap kemerdekaan Indonesia dilandasi oleh tiga faktor utama, yaitu ikatan keagamaan, persaudaraan dan kekeluargaan.
Dukungan
pemerintah Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia kembali diwujudkan dengan
mengutus diplomatnya yang bernama Mohammad Abdul Mun’im berkunjung ke Indonesia
pada 13–16 Maret 1947. Mohammad Abdul Mun’im merupakan Konsulat Jenderal Mesir
di Mumbai, India. Menurut buku Abdul Rahman Baswedan: Karya dan Pengabdiannya
(1989), kedatangan Mohammad Abdul Mun’im dianggap sebagai tindakan yang
berisiko karena wilayah Indonesia sedang berada dalam blokade Belanda. Meskipun
demikian, Mohammad Abdul Mun’im berhasil tiba di Yogyakarta dan menyerahkan
surat resmi berisi dukungan negara-negara Liga Arab terhadap kemerdekaan
Indonesia kepada Presiden Soekarno.
Pada 10 April 1947 Presiden Soekarno
mengutus beberapa diplomat untuk mengemban misi kunjungan balasan ke Mesir.
Diplomat tersebut antara lain Agus Salim, A.R. Baswedan, Nazir Pamoentjak, dan
Rasjidi. Kedatangan diplomat Indonesia mendapatkan atensi besar dari masyarakat
Mesir. Bahkan, sejumlah surat kabar Mesir menjadikan peristiwa tersebut sebagai
berita utama dalam harian mereka.
Kedatangan diplomat Indonesia yang diutus
oleh Presiden Soekarno memicu ketidaksenangan duta besar Belanda di Mesir. Duta
besar Belanda menyampaikan keberatan dan protes terbuka kepada pemerintah Mesir
karena menganggap Indonesia masih berada di bawah kekuasaan Belanda. Atas dasar
tersebut, kebijakan luar negeri apa pun yang mengatasnamakan Indonesia tidak
boleh diakui, kecuali atas sepengetahuan dan izin Belanda. Pemerintah Belanda
mengancam akan memutuskan kerja sama ekonomi dengan Mesir apabila tetap mendukung
Indonesia. Belanda juga akan menarik dukungannya terhadap Mesir terkait
persoalan Palestina yang dibawa Mesir ke forum PBB.
Ancaman yang dilontarkan Belanda tidak
menyebabkan pemerintah Mesir gentar. Bahkan, hubungan Indonesia dan Mesir terus
terjalin melalui misi diplomatik lanjutan pada 26 April 1947. Dalam misi
tersebut, pemerintah Indonesia mengutus rombongan delegasi yang dipimpin oleh
Sutan Sjahrir dan Agus Salim. Berbeda dari misi diplomatik pertama yang
singkat, misi diplomatik kedua ini berlangsung cukup intens. Sutan Sjahrir menemui
sejumlah pejabat tinggi Mesir dan Liga Arab di Hotel Heriapolis Palace. Salah
satu keputusan penting dalam pertemuan tersebut adalah rencana pemerintah Mesir
dan Liga Arab untuk memberikan pengakuan secara de jure terhadap
kemerdekaan Indonesia.
Setelah melakukan pertemuan dengan Liga
Arab, delegasi Indonesia menemui Hasan al-Banna dan petinggi Ikhwanul Muslimin.
Pertemuan yang berlangsung pada 6 Mei 1947 tersebut disambut antusias oleh
ribuan pendukung Ikhwanul Muslimin. Mewakili masyarakat Indonesia, Sutan
Sjahrir menyampaikan terima kasih atas dukungam Ikhwanul Muslimin secara khusus
dan rakyat Mesir secara umum terhadap kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, pada 10
Juni 1947 Mesir dan Liga Arab memberikan pengakuan de jure kepada
Republik Indonesia. Keputusan tersebut menjadikan Mesir sebagai negara pertama
di dunia yang mengakui kedaulatan Indonesia.
B. PALESTINA
Tokoh Palestina yang memberikan dukungan
terhadap kemerdekaan Indonesia adalah Muhammad Ali Taher. Merupakan saudagar
kaya di Palestina. Sipmati terhadap bangsa Indonesia ditunjukkan dengan
menyerahkan seluruh uangnya yang tersimpan di Bank of Arabia kepada
bangsa Indonesia tanpa meminta tanda bukti. Ia meminta rakyat Indonesia
meneripa uang tersebut sebagai tanda kemenangan mewalan kolonialisme bangsa
asing.
Hubungan Indonesia dan Palestina mulai
terjalin sejak akhir Perang Dunia II. Dukungan Palestina tidak lepas dari janji
kemerdekaan yang disampaikan Perdana Menteri Koiso pada 7 September 1944.
Berita tentang janji Koiso tersebut menyebar ke penjuru dunia. Tokoh-tokoh
Palestina yang pertama mendukung kemerdekaan Indonesia adalah Muhammad
Aminal-Husaini. Selaku mufti besar Palestina, Muhammad Amin al-Husaini
berinisiatif menyebarkan berita janji Koiso melalui siaran radio berbahas Arab
di Berlin, Jerman. Dalam siaran tersebut, Muhammad Amin al-Husaini mengucapkan
selamat kepada bangsa Indonesia walaupun belum resmi merdeka. Ia juga mengajak
negara-negara Arab untuk mengakui kedaulatan Indonesia
Surat kabar terkenal Palestina, Al-Ahram
juga turut menyebarkan berita kemerdekaan Indonesia. Fakta sejarah ini
menunjukkan Palestina merupakan negara pertama di Asia yang mengakui
kemerdekaan Indonesia secara de facto.
Selain itu, sejumlah tokoh-tokoh besar Palestina memantik simpati rakyat Timur
Tengah terhadap kemerdekaan Indonesia. Sikap tersebut merupakan perwujudan rasa
solidaritas dan persaudaraan.
C.
LEBANON
Lebanon merupakan salah satu negara yang
sejak awal mengakui eksistensi Republik Indonesia. Hubungan antara Indonesia
dan Lebanon bermula dari diumumkannya pengakuan secara de facto atas
kemerdekaan Indonesia pada 29 Juli 1947. Pengakuan tersebut disampaia langsung
oleh presiden Lebanon, Bechara El-Khoury.
Hubungan diplomatic Indonesia-Lebanon
secara resmi dibuka pada 1950 melalui kedutaan besar Indonesia di Kairo. Pada
pertengahan 1950-an Indonesia mendirikan kantor perwakilan kedutaan Indonesia
di Beirut, Lebanon. Akan tetapi, kantor tersebut ditutup pada 1976 karena
perang saudara di Lebanon. Sementara itu, kedutaan Lebanon dibuka di Jakarta
pada tahun 1995.
Dalam perkembangannya, Indonesia makin
intens menjalin hubungan diplomatic dengan Lebanon. Pada 19 Maret 1978
Indonesia mengirim pasukan ke Lebanon yang tergabung dalam pasukan perdamaian
PBB khusus Lebanon, yaitu United Nations
Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Pada saat itu wilayah Lebanon di bawah
kekuasaan Israel.
D.
SURIAH
Suriah merupakan negara berbentuk republic
di Kawasan Timur Tengah. Negara yang pernah menjadi pusat Kekhalifahan Umayyah
ini merupakan salah satu negara awal yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Suriah memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia secara de jure pada
2 Juli 1947. Sejak saat itu hubungan politik Indonesia dan Suriah dimulai.
Pada 1947 perwakilan Suriah di PBB yang
bernama Faris al-Khouri mendorong Dewan Keamanan PBB mendiskusikan kasus Agresi
Militer Belanda I di Indonesia. Faris al-Khouri juga mengajak negara-negara
lain untuk bersimpati terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Langkah Faris
al-Khouri dalam forum PBB mencerminkan dukungan pemerintah Suriah terhadap
kedaulatan Indonesia.
E.
INDIA
Dukungan India terhadap Indonesia tidak
lepas dari perasaan senasib dan seperjuangan. Pada awal abad XX India dan
Indonesia merupakan dua negara Asia yang sama-sama berjuang dari belenggu
kolonialisme Barat. Dalam perkembangannya, India dan Indonesia saling mendukung
dalam memperoleh kemerdekaan serta pengakuan kedaulatan.
Pada
tahun 1946, Indonesia melakukan diplomasi beras dengan India. Indonesia
mengirim bantuan sebesar 500.000 ton beras kepada India yang saat itu sedang
mengalami krisis pangan akibat penjajahan Inggris. Diplomasi yang dilakukan
oleh Sutan Syahrir ini lebih bersifat politis. Karena dengan peran Indonesia
kepada India, India menjadi salah satu negara di Asia yang terus gencar
menyuarakan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kemudian,
India memprakarsai diadakannya Konferensi Inter-Asia atau Konferensi New Delhi
pada 20-25 Januari 1949, dan yang memprakarsai adalah Pandit Jawaharlal Nehru.
Bahkan nih ya Squad, India sampai mengirimkan pesawat untuk menjemput delegasi
Indonesia, yaitu H. Agus Salim. Konferensinya sendiri, dihadiri oleh beberapa
negara seperti Arab Saudi, Ethiopia, Burma, Iran, Irak, Australia, Afganistan,
Selandia Baru, Yaman, Sri Lanka, Nepal, Republik Rakyat Tiongkok, dan
Muangthai.
F.
AUSTRALIA
Indonesia dan Australia memiliki kedekatan
historis cukup kuat. Hubuangan kedua
negara sudah terjalin sejak XVII ketika para pelaut Bugis dan Timor melakukan
kontak dengan penduduk asli Australia. Memasuki awal abad XX banyak pelaut
Sulawesi dan Jawa dating di Australia untuk bekerja di perusahaan pelayaran
milik Belanda yang beroperasi di pelabuhan Sydney dan Melbourne.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945 menyebabkan banyak para pekerja Indonesia mendapat diskriminasi
dari perusahaan Belanda tempat mereka bekerja. Perlakuan diskriminatif tersebut
mendapat kecaman dari Australian Seamen’s
Union in Sydney. Mereka melakukan protes dan unjuk rasa menuntut
penghapusan diskrimitasi. Aksi ini menandai tonggak awal simpati rakyat
Australia terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Secara geografis, Indonesia sangat
berdekatan dengan Australia, hal itulah yang membuat Australia ikut terlibat
dalam menyuarakan dukungan kemerdekaan Indonesia. Salah satu bentuk dukungannya
adalah peristiwa “Black Armada” yang
terjadi pada 24 September 1945. Pada saat itu terjadi boikot besar-besaran
terhadap kapal-kapal milik Belanda di Pelabuhan Brisbane, Sidney, Melbourne,
dan Fremantle yang membawa persenjataan milik Belanda menuju Indonesia.
Kejadian tersebut didukung oleh Partai
Buruh Australia yang pada saat itu menguasai pemerintahan Australia. Lalu apa
akibat dari peristiwa Black Armada? Akibatnya sebanyak 400 armada kapal milik
Belanda yang berlabuh di Australia tidak bisa melanjutkan perjalanan ke
Indonesia. Selain itu para pekerja di pelabuhan Sydney juga menggelar aksi
unjuk rasa di depan kantor diplomatik Belanda dan memasang spanduk bertuliskan
“hands off Indonesia”.
Australia menjadi salah
satu yang mengecam Agresi Militer Belanda I di Indonesia. Serangan tersebut
menjadi berita hangat di sejumlah surat kabar Australia dan memicu meningkatnya
simpati rakyat Australia terhadap kedaulatan Indonesia. Dengan cepat pemerintah
Australia membawa kasus Agresi MIliter Belanda I di Indonesia ke sidang Dewan
Keamanan PBB.
Berbagai upaya yang
dilakukan oleh Australia dalam mengakui kemerdekaan Indonesia mendapat pujian
dari Sutan Sjahrir dalam pidatonya pada tahun 1945. Sjahrir menyatakan bahwa
Austalia adalah “teman”. Karena melihat dari pengalaman kedua negara pada
saat perang Pasifik melawan Jepang. Sutan Sjahrir juga berjanji jika Indonesia
merdeka, maka Indonesia akan membantu kedaulatan Australia.
G.
VATIKAN
Hubungan baik Indonesia dan Vatikan sudah
terjalin sebelum Indonesia merdeka. Hubungan baik yang terjalin antarkedua
negara tersebut tidak terlepas dari peran Uskup Katolik bumiputra bernama Mgr
Albertus Soegijapranata. Pada 1940 Mgr Albertus Soegijapranata diangkat sebagai
Vikaris Apostolik di Semarang. Sejak saat itu Mgr Albertus Soegijapranata
selalu berhubungan dengan Takhta Suci Vatikan sebagai hirarki atasannya.
Hubungan baik Indonesia dan Vatikan terus
berlanjut hingga masa awal kemerdekaan. Vatikan merupakan negara Eropa pertama
yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pengakuan vatikan terhadap kemerdekaan
Indonesia dinyatakan pada 6 Juli 1947. Pengakuan Vatikan atas kedaulatan
Indonesia ditandai dengan pembukaan kedutaan Vatikan bernama Apostolic Delegate di Jakarta. Melalui kedaulatan
tersebut Vatikan menugaskan Georges Marie Joseph sebagai perwakilan resmi
Takhta Suci Vatikan dilandasi oleh persamaan landasan dan falsafah kehidupan
kenegaraan. Selain itu, Vatikan dan Indonesia memiliki kesamaan prinsip sebagai
berikut:
a. Menjunjung
tinggi antiateisme
b. Mendukung
perdamaian dunia
c. Memelihara
kerukunan antarumat beragama
d. Memelihara
kesejahteraan bagi seluruh umat
e. Menciptakan
keadilan social bagi seluruh umat
Pengakuan Vatikan terhadap kemerdekaan Indonesia merupakan momen yang penting bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan Vatikan merupakan negara yang memiliki pengaruh kuat dalam bidang sosial dan agama di kawasan Eropa dan Amerika. Dengan begitu, pengakuan Vatikan berhasil meningkatkan dukungan masyarakat internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sumber:
1) Tartila
Aryani, 2022. Proses Pengakuan Kemerdekaan Indonesia dari Negara Lain – Materi
Sejarah Kelas 12. Tersedia [online] https://www.zenius.net/blog/pengakuan-kemerdekaan-indonesia-dari-negara-lain
di akses pada 28 Mei 2023
2) Fahry
Abdillah, 2018. Sejarah Kelas 12 | Negara-Negara Pendukung Kemerdekaan
Indonesia. Tersedia [online] https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kelas-12-negara-negara-pendukung-kemerdekaan-indonesia
di akses pada 28 Mei 2023
3) Gamma
Prabowo, 2020. Respon Vatikan terhadap Kemerdekaan Indonesia. Tersedia [online]
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/17/113711569/respons-vatikan-terhadap-kemerdekaan-indonesia?page=all diakses pada 13 Julu 2023
4)
Triyana, B. (2011) ‘Mesir dan Kemerdekaan Indonesia’, 4
Februari 2011 [Daring]. Tautan: https://historia.id/politik/articles/mesir-dan-kemerdekaan-indonesia-DAxe6/page/1
diakses pada 15 Juli 2023
5) Fahri
Abdillah. 2018. PEngakuan India atas kemerdekaan & Kedaulatan Indonesia | Sejarah Kelas 12
Tersedia [online] https://www.ruangguru.com/blog/pengakuan-india-atas-kemerdekaan-indonesia
diakses pada 15 Juli 2023
No comments:
Post a Comment